Sujana. (Dok. Republikbobotoh)
REPUBLIKBOBOTOH - Siapa yang tak kenal bomber Persib era 2000-an, Sujana. Sempat tak dilirik dan akhirnya dipuja Bobotoh, pernah ia rasakan di karir profesionalnya.
Mengawali karir di tim Propelat pada usia 15 tahun, Sujana sudah terkenal sebagai momok yang menakutkan untuk tim lawan.
Permainannya yang berkarakter, mengantarkannya gabung dengan tim Persib dari kelompok umur sampai senior.
Akan tetapi siapa sangka, karakter saja tak cukup bagi pemain yang ingin gabung Persib. Sujana mengaku, gabung Persib harus bisa bermain bola dengan baik dan memiliki jam terbang.
"Dulu waktu di klub (Propelat) usia 15 dan ada Persib junior, kelas umur, sampai Persib A dan Persib B, itu dulu, semua saya masuk disana. Tapi saat saya masuk tim senior itu susah pisan," tambahnya.
Banyak anggapan, main di Persib harus memiliki permainan yang matang dan menimba ilmu di luar Bandung. Sehingga ia memilih untuk main di luar Bandung untuk mematangkan permainannya sebelum gabung Persib.
"Ada yang bilang kalau mau main di Persib harus keluar dulu. Karena persib mah kalau mau main bola bagus baru main di Persib," imbuhnya
Sebelum gabung Persib, Sujana sempat melanglangbuana ke beberapa daerah seperti Padang, Ciamis, Banten, dan PSDS Deli Serdang. Akan tetapi ada banyak jalan terjal yang dilalui Sujana untuk menambah menit bermainnya saat diperantauan.
"Saya ditawari masuk PSGC di divisi 1 dan mau ke divisi utama, 2 tahun. Mau masuk Persib susah, pindah ke Serang Jaya, dulu Warna Agung, dua tahun. Begitu mau ke Bandung ada Bandung raya, udah seleksi ternyata bubar, Bandung Raya tahun 97-96 an lah. Dulu pelatihnya Henk Wullem," tutur pria yang dijuluki Sujagol tersebut
Yang menarik bagi Sujana ialah saat ia gabung dengan PSDS Deli Serdang tahun 1998. Kala itu ia berhasil mencetak gol satu satunya di pertandingan tersebut sekaligus melambungkan namanya di Bandung.
Ada banyak hal menarik saat berseragam PSDS dan berhadapan dengan Persib. Yang paling uniknya, Sujana dipanggil oleh Bupati Deli Serdang dan disuruh bermain total untuk membawa nama Deli Serdang.
"Berjalan waktu saya di PSDS dan kompetisi dibubarkeun dan Alhamdulillah bupati na orang Bandung, dulu kerja di Bandung, dan deket sama Guru Emen. Ketemu lah sama Persib, saya dipanggil sama Bupati disuruh ke pendopo, 'sini, kalau kamu gak bisa cetak gol, pulang pakai bus'. Wah itu saya mikir membayangkan bek persib nya Robby Darwis, Mulyana, Herrie Setyawan, apalagi dulu ada Peri Sandria. Banyak yang dibayangkan dan gak bisa tidur," beber Sujana.
Setelah berhasil mencetak gol dari kakinya, Sujana langsung mendapat sorotan oleh publik Bandung. Bahkan ia mendapatkan banyak permintaan untuk memperkuat Persib.
"Saya juga di lapangan udah gak kenal aja, kalau saya bilang 'kang' ke pemain senior di Persib, ya urang eleh. Tapi kalau di luar mah ya temen. Akhirnya menang 1-0. Nah pas beres saya baru bilang akang. Nah ada permintaan suruh pulang ke Bandung," tambah pria yang sempat bermain di PSGC Ciamis tersebut.
Sujana mengakui karirnya memuncak bersama PSDS. Ia juga merasa mental bermainnya semakin membaik ketika mendapat perlakuan berbeda selama bergabung dengan tim berjuluk Traktor Kuning tersebut.
Setelah ramai diperbincangkan oleh publik Bandung, ia mendapat panggilan dari manajer Persib yang saat itu diduduki oleh Wahyu Hamijaya. Saat itu ia dan Edi Sutarsa mendapatkan tawaran dari Persib.
"Pak Wahyu Hamijaya manajer, kepala dinas Pak Dada. Saya disuruh balik sama Walikota. Masalah di PSDS ada yang urusin,"
"Nah soal PSDS, saya dititipkan oleh Encas Tonif tapi kalai mau balik lagi harus dipersilahkan. Ya Alhamdulillah senior di PSDS dijinin. Soal Edi Sutarsa ya dia jadi kebawa ke Persib," tuntasnya. (Raffy Faraz Ramadhan)