REPUBLIK BOBOTOH - Nama Firman Utina memang terkenal di jagad sepakbola Tanah Air. Namun siapa sangka, Firman Utina harus melewati perjuangan yang berliku saat umurnya masih belia dengan berjuang melawan arus sungai demi berlatih sepakbola.

Larangan orang tua untuk berlatih sepakbola rasanya sudah ia alami sejak lama. Bahkan sang orang tua juga memintanya untuk menjadi petinju karena dinilai merupakan olahraga seorang lelaki.

"SSB di umur 11 tahun tapi orang tua marah karena bola 1 direbutin 22 orang pemaim, almarhun itu lucu. Dia bilang kalau tinju itu pertarungan laki-laki dan fair," kenang Firman Utina di program Podkesan REPUBLIKBOBOTOH TV yang akan tayang pada Sabtu 6 Februari 2021.

Meski selalu mendapat larangan dari orang tua, justru Firman semakin semangat dalam berlatih. Ia ingin jerih payahnya di sepakbola bisa membawa nasib keluarganya menjadi lebih baik.

"Saya memberanikan dengan pembuktian dan saya gak lawan, pasrah. Tapi saya gak lepas dari berdoa dengan saya latihan di SSB Bina Taruna Manado dan sebelumnya di Indonesia Muda Manado di kampung," tambahnya.

Firman sadar bakatnya di sepakbola sudah muncul dan ia harus terus mengasah kemampuannya agar bisa meningkat. Sehingga ketika saat SSB tengah vakum berlatih, ia memilih untuk tetap berlatih dengan SSB lain meski jarang dari rumah ke lapangan cukup jauh.

Jarak jauh bisa ditempuh oleh mobil dengan cepat. Sayangnya Firman tak memiliki uang untuk bisa menaiki mobil angkutan.
Ada beberapa alternatif jalan agar Firman bisa menuju lokasi latihan, salah satunya menyebrang sungai dengan perahu.

Sayangnya lagi-lagi kendala Firman adalah biaya, dan perahu yang menyebrangi orang hanya beroprasi sesekali. Akhirnya ia memilih jalan untuk berenang dan mengikuti arus.

"Ada SSB tapi jauh karena saya pengen terus main bola karena di Indonesia Muda hanya berlatih saat ada kompetisi, saya sekali naik mobil tapi saya gak punya uang dan akhirnya naik perahu untuk nyebrang dan bayar 100, tapi itu jarang dan akhirnya saya berenang, masa-masa itu sulit," kata eks pemain Persita Tanggerang tersebut.

Arus sungai tersebut tak cukup deras karena langsung menuju pantai, sehingga ia bisa memilih arus yang membawanya ke salah satu tempat landai.

"Jadi saya dibawa arus menuju laut, dan saya ambil arus yang memutar dan saya turun dibawah arus yang di bawah. Setelah ada kandang kuda saya ambil pegangan dan bisa memutar. Tapi saya itu bawa baju dan ketempat latihan disimpan di atasnya," beber pria asal Manado tersebut.

"Orang tua gak tau kalau orang-orang juga taunya sekarang lihat Firman Utina kaya giani tapi gak tau perjuangan jadi pesepakbola. Titel pesepakbola itu berada di timas dan itu yang daya targetkan. Itu titel tertinggi pesepakbola," tuntasnya. (Raffy Faraz Ramadhan)

Video

https://www.youtube.com/watch?v=yvqZ67gee_4