Ilustrasi Logo Persib. (Republikbobotoh.com)
Bukan hanya dari sisi prestasi, juga dari sisi internal tim yang terkesan kacau. Itu tergambar dari banyaknya pemberitaan miring seputar internal Persib, terutama di media lokal Jawa Barat.
Kisruh di internal Maung Bandung terbukti berdampak buruk terhadap kiprah Persib pada musim 1999/2000 yang masih menutup pintu kepada pemain asing.
Persib memulai kompetisi dengan start buruk. Di lima laga awal, Persib tiga kali menelan kekalahan, salah satunya dari tim tetangga Persikab Kabupaten Bandung dan dua kali imbang. Kemenangan pertama baru diraih Persib pada laga ke-6 saat menjamu PSDS Deli Serdang di Stadion Siliwangi dengan skor 2-1.
Di saat tim sedang megap-megap dari sisi prestasi, langkah pengurus Persib saat itu yang masih di bawah pengelolaan Pemerintah Kota Bandung, juga cukup membuat gregetan banyak pihak, khususnya bobotoh.
Salah satu sikap pengurus Persib di Ligina VI musim 1999/2000 yang mengundang tanya adalah keputusan kontroversial mencoret sejumlah pemain demi penghematan anggaran.
Awalnya ada 9 pemain yang diputuskan dicoret dalam rapat yang digelar di Sekretariat Persib, Jalan Gurame pada pertengahan Desember 1999.
Nama-nama pemain yang dicoret diumumkan Ketua Umum Persib kala itu, Aa Tarmana yang juga Wali Kota Bandung.
"Demi penghematan, kami sengaja mengurangi pemain dari semula 30 menjadi 21. Dengan jumlah itu, kami berharap latihan bisa lebih fokus, juga agar tidak banyak pemain yang seumur-umur jadi cadangan," kata Aa Tarmana dinukil dari Tabloid Bola edisi 24 Desember 1999.
Tapi tak sampai 24 jam setelah mengumumkan 9 pemain yang dicoret, pengurus Persib mengubah keputusan. Empat pemain yang sebelumnya masuk daftar dicoret yakni Sujana, Nyangnyang, Aceng Juanda dan M Bakti kembali diminta bertahan.
"Setelah mempertimbangkan masak-masak, jumlah 21 pemain terlalu riskan untuk kompetisi yang panjang seperti Liga Imdonesia. Tingkat persaingan antarpemain pun menjadi kurang ketat," jelas penasihat tim, Dede Rusli masih dinukil dari Tabloid Bola edisi 24 Desember 1999.
Sikap plin-plan pengurus Persib akhirnya membuat bingung dan jengkel bobotoh. Selain karena prestasi tim saat itu sedang turun, langkah atau kebijakan yang diambil pengurus Persib di bawah kepemimpinan Aa Tarmana juga kerap membingungkan internal tim dan bobotoh.
Meski kiprah Persib pada putaran kedua Ligina VI musim 1999/2000 sedikit membaik, tapi keseluruhan Maung Bandung menjalani musim yang cukup buruk.
Persib gagal lolos ke babak 8 besar setelah hanya menempati peringkat 8 wilayah barat dengan mengoleksi 32 angka hasil dari 8 kali menang, 8 kali imbang dan 10 kali kalah.**