REPUBLIK BOBOTOH - Umpatan dan makian dari suporter sudah menjadi santapan bagi banyak wasit di Indonesia saat memimpin pertandingan sepak bola. Perlakuan 'istimewa' tersebut juga dilakukan berbagai cara, ada yang verbal bahkan hingga non verbal.

Mantan wasit sekaligus pemain Persib, Fiator Ambarita juga pernah mendapatkan perlakuan serupa. Cerita 'seram' yang dipaparkan Fiator Ambarita, tak hanya terjadi di pulau Jawa saja, kejadian yang hampir sama sempat ia rasakan saat memimpin pertandingan di Sumatera.

Fiator yang berdarah batak, rupanya diharapkan pendukung PSDS Deli Serdang bisa menguntungkan. Namun Fiator yang menjunjung tinggi keadilan tetap bertindak tegas, meskipun merugikan tim PSDS.

"Kalau saya sih sudah terbiasa, asu, anjing, goblog, di Sumatera mah sampai bahasa sana yang artinya darah kamu kok gak bela Deli Serdang, gitu. Jadi gitu tapi ya diem saja. Di Jawa mah Asu jancok ya biasa aja," kata Fiator Ambarita di program Piriwit Biru dalam YouTube REPUBLIKBOBOTOH TV.

Hal yang paling tidak dilupakan oleh Fiator saat menjadi wasit ialah di laga Persiba kontra PKT Bontang dalam lanjutan Divisi Utama pada 24 Juni 2006. Yang mana saat itu Persiba memiliki peluang lolos ke 8 besar apabila berhasil mengalahkan PKT.

Dalam laga tersebut, pertandingan berjalan menarik. Hingga memasuki injury time, Persiba masih unggul dengan skor 3-2.

"Pernah saya Persiba lawan PKT (2006) tapi main di Pupuk Kaltim (Stadion Mulawarman), dulu nahan Persiba ke 8 besar, itu sampai injury time, si pemain asing yang ke Persib itu sampai dia bilang penalti, dan harus draw, ya Cabanas, itu injury time Persiba 3-2 unggul," terangnya.

Tambahan waktu 5 menit, rasanya terasa lama bagi Persiba. Namun hal menyeramkan sekaligus membuat bulu kuduk berdiri terjadi pada 4 menit jelang pertandingan usai.

Saat itu, Fiator menunjuk titik putih karena Lorenzo Cabanas cs melakukan pelanggaran kepada pemain PKT di dalam kotak penalti. Usai meniup peluit, banyak pihak dari kubu tim Beruang Madu yang merasa tak puas, bahkan salah seorang pengurus Persiba mengacungkan senjata tajam ke arah Fiator Ambarita sekaligus memprotes atas keputusannya tersebut.

"Sama saya injury time 5 menit, pas 4 menit lagi saya kasih penalti, dan itu Persiba ngamuk lah, udah gitu ribut dan ketua Persiba bawa samurai ke tengah lapangan sampai bilang 'kamu gak bisa pulang' , kan dari Kaltim harus lewat Samarinda, dan pertandingan berhenti," tambahnya.

Sebagai manusia biasa, Fiator mengaku terkejut dan nyalinya merosot ketika nyawanya terancam. Namun sebagai wasit, ia tetap harus menjalankan tugas dan menerima segala konsekuensi dari pekerjaan.

Setelah itu, laga sempat terhenti dan Fiator Ambarita tetap pada pendiriannnya untuk memberikan penalti terhadap tim berjuluk Laskar Bukit Tursina tersebut. Di sisi lain ia juga berdoa agar eksekusi Camara Fode bisa gagal agar nyawanya tetap selamat.

"Kalau penaltinya masuk, Persiba gak masuk, endingnya saya bicara sama polisi kalau selesai penalti, saya mau ke bapak, jagain saya daripada saya ini. Kalau masuk, gol, saya pasti dikejar, gak masuk mah aman, hati saya itu pengalaman ngeri, saya ngedoa biar gak masuk. Nyawa taruhannya, pas nendang gak masuk, tenang we," pungkas Fiator Ambarita.**