GOROWOK BOBOTOH - Sungguh tragedi itu tak pernah terlintas dalam benak kita, ratusan orang kemudian jadi korban dan ada yang meninggal dunia.

Sepak bola sebuah olah raga prestasi tak bisa disalahkan tetapi ada tata kelola yang salah dalam hal ini. Karena sepak bola pun telah menjadi komoditas maka tentu saja tak bisa dipungkiri akan memunculkan konsekuensi bahwa ada realita tak terpisahkan dari industri sepak bola terkait keuntungan secara materi yang tentu saja terkait satu sama lainnya.

Psikologis manusia yang menjadi penikmat sepak bola apalagi telah mengikrarkan diri sebagai pendukung klub kesayangannya, dengan serta merta telah mengeluarkan pengorbanan yang luar biasa dan tidak sedikit. Mereka menuntut tim kesayangannnya untuk tampil trengginas dan bisa menang dari lawan yang dihadapinya dan tak ingin tim kesayangannya kalah.

Baca Juga : Anggota TGIPF Kanjuruhan Kritik Keras Fun Football PSSI dengan Presiden FIFA, Begini Katanya

Namun semua itu tak berbanding lurus dengan harapannya sehingga tak jarang mereka tak siap timnya kalah padahal banyak alasan yang menyebabkan kondisi itu kemudian terjadi, dan itu sesungguhnya hampir terjadi pada diri pendukung semua klub, tetapi ada yang diungkapkan secara lembut dan ada yang diungkapkan secara frontal. Namun pengungkapkan yang frontal ini kadang tak terkendali hingga memantik pihak lain ikut di dalamnya.

Tetapi pendukung, karena cintanya terhadap klub kesayangannya terasa berat harus terluka dengan kekalahan di kandang sendiri dan itu pasti dialami oleh siapapun pendukung yang tim kesayangannya kalah.

Hanya saja kita tak menduga jika hal itu malah dianggap sebuah hal yang bisa merugikan sehingga dibutuhkan pengamanan yang luar biasa dan rupanya sarana pendukung stadion tak mumpuni hingga menciptakan kenyataan yang menyedihkan dan membuat insan sepak bola di tanah air berduka.

Semoga pengorbanan mereka dapat memicu semuanya untuk mengevaluasi diri agar kondisi sepak bola nasional ke depannya semakin lebih baik lagi dan tak jatuh korban lagi.

Pada bagian lain sebuah pertandingan sepak bola di kasta nasional yang diselenggarakan di manapun tentu tak bisa berdiri sendiri. Semua itu tetap membutuhkan elemen lain di dalamnya yang semestinya bisa bersinergi untuk menggelar sebuah pertandingan menarik sehingga sepak bola dapat dinikmati semua orang.

Tentunya semua pihak diharapkan mengerti dengan perannya masing-masing tetapi kita pun tak bisa memungkiri selalu saja ada miskomunikasi sehingga dapat menciptakan sesuatu yang terjadi di luar perhitungan. Tetapi sudahlah, siapapun yang bersalah dalam Tragedi Kanjuruhan telah diproses. Namun yang sangat kita sayangkan ternyata memakan korban jiwa yang seharusnya diminimalisir atau nir korban sama sekali.

Sungguh sebenarnya kita semua butuh hiburan dan salah satunya adalah sepak bola. Keadaan gang yang tadinya mulai ramai karena ada Liga 1 dan Liga 2 yang disiarkan langsung kini menjadi sepi kembali. Wabah COVID 19 yang telah melandai bulan-bulan ini membuat orang-orang ingin mendapatkan hiburan yang menarik dan menghibur hati.

Salah satu hiburan yang tak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-harinya adalah sepak bola. Obrolan yang menarik itu adalah sepak bola dan sepak bola adalah kita hingga mampu mengalahkan isu KDRT selebritis dan kasus pembunuhan polisi oleh polisi. Sepak bola adalah bagian yang menjadi pilihan tersendiri diantara pilihan yang ada selama ini.

Pada jeda kompetisi ini memang ada baiknya seluruh elemen sepak bola kita untuk bisa berbenah diri ke arah yang lebih dan cukup tragedi itu untuk yang terakhir kali dan tidak terulang lagi.

Presiden FIFA, Gianni Infantino telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan telah memberi arahan bagaimana seharusnya sepak bola nasional di jalankan secara baik dan mampu menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Sepak bola adalah sebuah kebersamaan sehingga jika mampu bersama menjalankannya secara baik pasti hasilnya akan sesuai harapan. Jangan sepak bola Indonesia yang saat ini sedang menggeliat malah terpuruk lagi.

Beruntungnya Indonesia tak dihukum oleh FIFA bukan berarti insan sepak bola di negeri ini malahan berleha-leha. Semua stakeholder yang ada mesti berkomitmen untuk bekerja keras, bertanggung jawab dan menjaga persepak bolaan nasional tetap di relnya sesuai aturan yang ada.

Kita pernah dihukum FIFA karena soal kepengurusan PSSI yang tak sejalan dengan Pemerintah yang diwakili Menteri Pemuda dan Olah Raga saat itu (2015) dan itu sangat menyakitkan karena membuat Indonesia tak bisa berkiprah di percaturan internasional serta membuat para insan sepak bola menganggur karenanya dan tidak memiliki penghasilan. Pengalaman pahit seperti ini cukup satu kali saja dan tak mesti terulang lagi.

Benar kondisi yang terjadi saat ini memang tak begitu mengenakan tetapi biarlah semua itu menjadi bahan renungan seluruh insan sepak bola Indonesia untuk bersama memperbaiki kualitas persepakbolaan nasional.

Memang semua harus mampu belajar lagi namun tiba-tiba itu akan sangat berarti bagi kemajuan sepak bola di negeri ini. Kita memang selalu memiliki kelemahan dan kekurangan tetapi sejatinya kita terus berbenah karena semua rakyat Indonesia mencintai sepak bola dan semoga saja saat ini menjadi titik balik persepak bolaan nasional lebih baik lagi di masa mendatang.

Baca Juga : Dari Nadeo hingga Teja Paku Alam, Luizinho Passos Ungkap Kiat Ciptakan Kiper Tangguh

Sepak bola tak lepas dari kehidupan kita dan kita adalah orang yang begitu menikmatinya. Karena itu maka kita jaga sepak bola itu untuk kebersamaan kita dan menjadi hiburan rakyat Indonesia serta sepak bola kita nantinya menjadi kekuatan yang disegani lawan-lawannya. Semoga saja sepak bola nasional berjaya pada saatnya nanti.**

PENULIS: Deffy Ruspiyandy, bobotoh nu sok gogorowokan harepeun TV lamun PERSIB maen

Rubrik GOROWOK BOBOTOH memuat tulisan artikel opini dari pembaca, Redaksi REPUBLIKBOBOTOH.COM tidak bertanggungjawab atas isi tulisan yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

ATTENTION: Bagi Bobotoh yang suka menulis bisa mengirimkan tulisan ke email republikbobotoh@gmail.com, tulisan akan dimuat di kolom GOROWOK BOBOTOH.