Bobotoh memberikan dukungan kepada Persib saat hadapi Persis Solo di Piala Presiden 2024. (Adam Husein/REPUBLIKBOBOTOH.COM)
RBCOM - Komunitas bobotoh Persib Bandung menyampaikan pernyataan resmi terkait kericuhan yang pecah seusai laga kontra Persija Jakarta pada Senin 23 September 2024.
Dalam pernyataan resminya, seluruh komunitas bobotoh yang terdiri dari Viking Persib Club, Bobotoh Maung Bersatu (Bomber) dan lainnya menyayangkan insiden kericuhan yang terjadi seusai laga Persib vs Persija.
Selain itu, komunitas bobotoh juga mendesak pengusutan tuntas dugaan intimidasi oleh pemain dan ofisial Persib serta dugaan pelecehan oleh oknum steward.
Baca Juga : Persib Tanggung Biaya 21 Korban Luka dan 16 Orang Dirawat
Berikut Official Statement Bobotoh:
"Komunitas bobotoh tidak menghendaki berbagai bentuk kekerasan, termasuk yang terjadi usai laga Persib vs Persija. Selain menimbulkan korban luka dari pihak match steward, aksi kekerasan memang tak bisa ditolerir. Hal itu membuat proses mengurai akar persoalan menjadi terdistorsi hal yang tidak perlu.
Bahwa selama lima pertandingan awal musim ini Persib sama sekali tidak mendapatkan sanksi dari PSSI (dan menjadi sejarah baru) adalah bukti nyata bahwa bobotoh pada umumnya dan komunitas bobotoh pada khususnya sangat bisa kooperatif dengan regulasi dan terbukti juga siap menempuh perjalanan musim ini dalam suasana yang kondusif.
Insiden kekerasan dan pelecehan seksual usai pertandingan melawan Port FC yang direspons dengan tidak memuaskan (di satu sisi cepat merespons saat bobotoh dianggap bersalah, tapi bertele-tele ketika dugaan pelakunya adalah bagian dari manajemen), sehingga memaksa komunitas bobotoh turun ke jalan sekadar untuk didengarkan, membuat pencapaian dalam 5 laga awal tadi itu menjadi tercoreng dan akhirnya berbuntut panjang.
Baca Juga : Menang Atas Persija, Kevin Mendoza Makin Pede Hadapi Madura United
Eskalasi persoalan mesti segera dihentikan karena persoalan mendasarnya bukan antara bobotoh dengan pemain atau match steward, melainkan sikap manajemen yang dari waktu ke waktu semakin tertutup dari berbagai kritik maupun aspirasi para bobotoh. Manajemen seperti tidak mengenali bobotohnya sendiri dan sebaliknya bobotoh merasa bahwa klub ini bukan seperti yang mereka kenal sebelumnya.
Menghendaki penuntasan kasus-kasus kekerasan (baik yang terjadi usai laga Persib vs Persija atau usai laga Persib vs Port FC maupun Tragedi 17 Juni 2022 di GBLA) mutlak ditindaklanjuti oleh keterbukaaan dalam berkomunikasi dengan cara yang egaliter dan tidak mengedepankan bahasa kekuasaan. Tanpa hal itu, akumulasi persoalan akan terus berlangsung dan kita akan terjebak dalam siklus persoalan yang sama terus menerus."***