David da Silva menyesali kekalahan Persib dari Madura United. (Adam Husein/Republik Bobotoh)
GOROWOK BOBOTOH - Saya merasa bahwa sekarang Persib dengan Bobotoh ada jarak yang sulit dijelaskan, mengapa bisa terjadi? Perlu saling intropeksi mengapa hal itu terjadi. Bukankah juara juga perlu kondusifitas dalam segala lini?
Hal tersebut perlu dicarikan segera solusinya, mengingat Persib adalah milik bersama secara kultur bukan milik sebagian orang, yang di dalamnya ada perjuangan, harga diri, dan sejarah yang panjang.
Sok atuh jangan membatasi diri dan memberikan batas antara manajemen dengan Bobotoh, pelatih dengan Bobotoh, pemain dengan Bobotoh, begitupun sebaliknya.
Baca Juga: Robert Alberts Akui Ubah Formasi Tim di Detik-detik Terakhir
Sudah -+4 tahun Kuch Robert menangani Persib, bukan waktu yang sebentar untuk ukuran melatih klub Indonesia. Hasilnya? Kita ketahui bersama.
Sejak saya mengikuti beberapa pernyataan dari pelatih kepala Persib justru sering sekali timbul pertanyaan yang bertolak belakang bahkan jarang sekali mengakui bahwa kekalahan adalah dari sistem kepelatihannya.
Bukankan pelatih adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kekalahan? Perlu di evaluasi mengingat 2 hasil kurang memuaskan didapat pada pekan awal liga 1 yang Persib sendiri mentargetkan untuk juara pada musim ini. Dalam hal ini masih ada waktu untuk berbenah demi kebaikan klub.
Baca Juga: Banyak Turunkan Pemain Muda, Robert Ungkapkan Misi dan Harapannya
Selanjutnya bila mengkaji apa yang Persib filosofikan dalam tagar #MenangBersama bukan hanya kemenangan milik segelintir orang tetapi bisa menjangkau segala lini, dari menang secara hasil, permainan yang cantik, serta terjalinnya komunikasi yang baik antara klub dengan suporter, dll, disitulah #MenangBersama dirasakan oleh managemen, pelatih, pemain, serta suporter.
Kultur sepak bola Bandung berbeda dengan yang lainnya, banyak sekali contohnya bila kita kaji dari kutipan-kutipan yang ada "Persib besar oleh cacian, pujian adalah racun" Ajat Sudrajat, "Bobotoh mah mun butut bejakeun butut, mun alus teangan nu bututna" Itu semua adalah bukti kecintaan kepada satu nama yaitu PERSIB.
Setiap stakholder harus memahami kembali bagaimana kultur sepak bola Bandung, sehingga aksi dan solusi bisa sesuai dengan apa yang ada dalam kultur itu sendiri.
Sebagai penegasan bahwa filosofi #MenangBersama adalah bagaimana seluruh element dalam Persib saling berkontribusi untuk kemajuan Persib. Setiap kritik adalah masukan yang perlu langsung direspon untuk kebaikan bersama. Kritik dari Bobotoh adalah pesan suci yang tidak ada unsur kepentingan dalam tubuh Persib.
Jangan sampai setiap masukan maupun kritik yang disampaikan oleh suporter dianggap angin lalu bahkan tidak ditanggapi. Hapunten paralun, sakitu wae ti pusat mah sanes mamatahan ngojay ka meri. Hatur nuhun.**
PENULIS: Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.
Rubrik GOROWOK BOBOTOH memuat tulisan artikel opini dari pembaca, Redaksi REPUBLIKBOBOTOH.COM tidak bertanggungjawab atas isi tulisan yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
ATTENTION: Bagi Bobotoh yang suka menulis bisa mengirimkan tulisan ke email republikbobotoh@gmail.com, tulisan akan dimuat di kolom GOROWOK BOBOTOH.