Pertandingan bhayangkara FC vs Persib pada Liga 1 2022. (Adam Husein/Republik Bobotoh)
GOROWOK BOBOTOH - Tulisan ini dibuka dengan mengutip quote paling keren yang dilontarkan oleh Ayah Pidi Baiq, “Dan Bandung Bagiku bukan Cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi.”
Tanpa mengurangi rasa hormat dan sopan ke Ayah Pidi Baiq, aku mau izin mengubah quote-nya untuk menggambarkan maksud dari artikel ini “Dan Bagiku Persib bukan sekedar geografis Bandung, lebih jauh dari itu melibatkan puluhan juta perasaan Bobotoh Jawa Barat, yang membersamainya tanpa pamrih.”
Persib pada awal pembentukannya tahun 1993 memang klub sepak bola yang berasal dari Kota Bandung. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya sepak bola nasional pasca kemerdekaan, Persib bukan lagi menjadi kebanggan Bandung tetapi menjadi kebanggaan Jawa Barat.
Baca Juga : Jacksen Tiago Jawab Kabar Goda Marc Klok Tinggalkan Persib, Begini Katanya
Bahkan dari perspektif pemerintahan, pada saat Persib juara ISL tahun 2014 dan Piala Presiden 2015, bukan hanya Walikota Bandung yang merayakan, tetapi Gubernur Jawa Barat pun ikut serta.
Sudah barang tentu ketika hajatan Persib Juara ISL 2014 bukan hanya masyarakat Bandung yang tumpah ruah ke jalan, tetapi lapisan masyarakat Jawa Barat juga ikut tumpah ruah ke Bandung.
Masyarakat Jawa Barat jumlahnya lebih dari 49,9 juta orang, sedangkan masyarakat kota Bandung jumlahnya lebih dari 2,5 juta orang, hanya kurang lebih 5% dari total keseluruhan masyarakat Jawa Barat. Tidak mungkin Persib bisa sebesar ini dukungannya, jika hanya masyarakat Kota Bandung yang mendukungnya.
Bayangkeun we follower Instagram Persib lebih dari dari 5,8 juta, 2 kali lipateun penduduk Kota Bandung, eta ge mun sadayana penduduk Kota Bandung follow Instagram Persib.
Terus maksudna naon kang ngabanding-bandingkeun jumlah Masyarakat Kota Bandung sareng Jawa Barat?
Maksudnya adalah, agar Manajemen Persib dalam hal ini PT PBB dan Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan Persib mulai memikirkan dalam setiap pengambilan kebijakan atau keputusan juga memperhatikan Bobotoh Persib yang ada di luar Bandung.
Contohnya, kita semua sudah tahu kalau pertandingan perdana Persib di GBLA melawan Madura United sepi penonton, dari 26.000 tiket yang dijual yang nonton langsung di GBLA hanya 5.410.
Atuh kalau jumlahnya segitu mah GBLA tidak lagi angker bagi tim lawan yang bertandang.
Saya yakin 1000% bukan karena Bobotoh tidak mau nonton, tetapi karena akses tiket yang sulit. Da Bobotoh teh ibaratna rela ngajual baju celana semua itu demi nyai #eh maksudna demi nongton Persib di stadion.
Sebelumnya kita harus keprok heula ka Panpel yang sudah berhasil membuat pertandingan di GBLA tanggal 30 Juli 2022 kemarin menjadi kondusif tanpa adanya calo dan korban jiwa. Namun pertandingan berikutnya harus jadi bahan evaluasi bagi lokasi penukaran tiket online ke ofline yang hanya tersedia di Kota Bandung saja, terus lagi aplikasinya dibenahi lagi, sering eror.
Bayangin aja, kalau ada Bobotoh dari luar Bandung Raya mau nonton ke GBLA, anggaplah dari Banjar, Ciamis, dan Tasikmalaya yang jaraknya 4-6 jam ke Bandung. Pas hari H pertandingan harus berangkat sebelum subuh untuk ngantri menukar tiket ofline (gelang tiket) di Bandung. Terus masih harus nunggu berjam-jam sampai kick-off jam 20.30, keburu lumutan atuh.
Belum lagi kalau pertandingan di GBLA nya hari kerja, duh Gusti maenya kudu ngabolos kerja buat ngantri nukerin tiket ofline, kan kita kerja cari duit buat nonton Persib, da harga tiket teh ga murah.
Coba ke depan, kalau Panpel masih menggunakan sistem pertiketan seperti kemarin 30 Juli 2022, bisa membuat pos-pos penukaran tiket online ke offline di beberapa kota/Kabupaten yang representatif di Jawa Barat.
Sareng kudu diumumkeun lokasi penukaranna dimana wae di Instagram resmi Persib anu followerna jutaan. Karena tidak semua Bobotoh tergabung ke organisasi supporter pendukung Persib, jadi semua Informasi penting harus diumumkeun lewat IG official Persib.
Oh Iya satu lagi, Bobotoh itu ga cuman berada di zona waktu Indonesia bagian Barat (WIB) saja. Contohnya aku waktu dulu berdinas di Maluku yang berada di zona waktu Indonesia bagian Timur (WIT).
Persib sampai liga tahun ini sering banget mainnya jam 20.30 WIB dan kita yang di WIT sudah jam 22.30 (perbedaan waktu 2 jam antara WIB dan WIT), pertandingan baru selesai jam 24.15 WIT, peuting pisan, kan mana isuk-isuk kudu damel, tapi kita Bobotoh di Indonesia Timur tetap setia lalajo bareng, jumlahnya ga sedikit loh Bobotoh yang ada di Indonesia Timur teh.
Ayo ke depan manajemen Persib bisa lebih tegas menawar jam pertandingan Persib jangan terlalu malam terus, ya minimal 50% malem 50% sore.
Kasihan para pemain, para official tim, orang-orang yang kerja di stadion, kasian juga Bobotoh yang besok harus sekolah, kuliah, dan kerja. Terlebih Bobotoh yang ada di Indonesia Timur.
Baca Juga : Persib Didenda Ratusan Juta oleh Komdis PSSI
Maka dari itu, Persib bukan sekedar geografis Bandung. Tidak perlu mengubah namanya menjadi Persijab (Persatuan Sepakbola Indonesia Jawa Barat), tetaplah menjadi Persib Bandung yang mamprang, yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat.**
Penulis: Anta Maulana Nasution (IG: @antanasution), Bobotoh yang sehari-hari bekerja sebagai peneliti lautan biru.
Rubrik GOROWOK BOBOTOH memuat tulisan artikel opini dari pembaca, Redaksi REPUBLIKBOBOTOH.COM tidak bertanggungjawab atas isi tulisan yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
ATTENTION: Bagi Bobotoh yang suka menulis bisa mengirimkan tulisan ke email republikbobotoh@gmail.com, tulisan akan dimuat di kolom GOROWOK BOBOTOH.