Ilustrasi suap. (Dirk Schulz/Pixabay)
REPUBLIK BOBOTOH - PSSI menjawab isu suap yang bertujuan untuk menghentikan kompetisi Liga 2 2022/2023.
Uang senilai Rp15 juta disebut-sebut telah diberikan kepada setiap klub Liga 2 yang menandatangani kepakatan untuk menghentikan kompetisi musim ini.
Sekjen PSSI Yunus Nusi menegaskan, tudingan tersebut sangat tidak masuk akal.
Baca Juga : Daftar Pemain yang Absen di Laga Persib Bandung vs Borneo FC
"Masa klub Liga 2 mau disuap Rp15 juta. Di sana orang kaya semua. Masuk akal juga enggak," ucap Yunus Nusi dikutip dari Antara.
Sebelumnya, kabar soal adanya dugaan dihembuskan beberapa klub peserta Liga 2 yang ingin kompetisi musim 2022/2023 dilanjutkan.
Beberapa waktu lalu, beredar surat berjudul "Surat Pernyataan Bersama Klub Liga 2 2022/2023" yang berisi kesepakatan tim-tim Liga 2 untuk menghentikan kompetisi.
Dalam surat tersebut juga disebutkan soal pembetukan operator baru untuk Liga 2 dan memberikan kepercayaan kepada Mochamad Iriawan sebagai ketua umum PSSI.
Dalam surat tersebut, ada 20 klub dari Liga 2 yang menandatanganinya. Dokumen bertanggal 14 Desember 2022 itu merupakan hari dimana para pemilik klub menggelar rapat dengan PSSI dan LIB.
Belakangan surat tersebut dijadikan salah satu dasar PSSI untuk menghentikan kompetii Liga 2 2022/20223 dalam rapat Exco PSSI 12 Januari 2023.
Namun, beberapa klub merasa tidak melakukan tanda tangan dalam surat tersebut dan menuding adanya pemalsuan tanda tangan.
Bahkan Persipura, melalui manajernya, Yan Mandenas mengklaim setiap tanda tangan tersebut bernilai Rp15 Juta.
"Tanda tangan itu sebagian dipalsukan. Banyak klub yang sudah mengadu karena setiap tanda tangan itu diberikan uang transportasi Rp15 juta perklub," katanya.
"Namun mereka tidak mengetahui itu untuk menghentikan liga. Yang kami tahu, tanda tangan itu dibuat sebagai tanda hadir di manager meeting," kata Yan Mandenas, 16 Januari 2023 lalu dikutip dari Antara.
Baca Juga : Borneo FC Akui Perubahan Persib Setelah Ditangani Luis Milla
Sementara itu, CEO Karo United Effendy Syahputra mengatakan, pihaknya sudah meminta PSSi melalui Komite Etik untuk melakukan penyelidikan atas kasus tersebut.
Effendy Syahputra ingin permasalahan ini terbuka dan jelas dan dibawa ke sidang Etik PSSI.**