Logo Persib. (Adam Husein/Republik Bobotoh)
REPUBLIK BOBOTOH - Persib sebagai lambang jati diri, perjuangan, dan hiburan warga Jawa Barat menjadi hal yang sangat penting dipahami oleh semua pihak. Budaya dan sejarah yang dibangun klub Persib mengakar kepada kebiasaan masyarakat yang diwariskan secara turun temurun, tak terkecuali saya yang lahir di tatar Sunda dan orang tua penyuka sepak bola dan klub Persib.
Saya masih teringat bagaimana orang tua saya mewariskan rasa cinta kepada klub Persib dengan selalu menonton pertandingan, membeli koran untuk update semua tentang Persib, membelikan atribut tentang Persib, sering bicara tentang taktik yang harus Persib lakukan walaupun bukan seorang pelatih, kadang bicara juga mengenai tiket yang murah karena bisa diakses semua kalangan.
Baca Juga : Jadi Kapten Persib dalam 2 Laga Terakhir, Begini Perasaan Teja Paku Alam
Warisan tersebut yang terus dirawat dari generasi ke generasi sampai saat ini berkaitan dengan kultur sepak bola Jawa Barat. Di umur saya yang menginjak "kepala tiga" dari musim ke musim saya termasuk Bobotoh yang "militan" dengan selalu menonton tidak pernah terlewatkan semua pertandingan Persib, baik itu di televisi maupun bila waktu dan kesempatan ada saya menonton langsung ke Stadion, membeli atribut Persib ke Persib Store, update berita tentang Persib tiap hari, serta berbicara tentang Persib kepada istri, keluarga, teman, serta anak. Pada waktu itu Persib menjadi segalanya untuk saya karena bukti kecintaan saya terhadap klub kebanggaan Jawa Barat.
Pada saat ini ada beberapa hal yang mengganjal dan menjadi pertanyaan terkait dengan pemberitaan-pemberitaan yang ada, dari mulai harga tiket yang naik namun fasilitas yang didapatkan belum ada perubahan, sulitnya akses untuk mendapatkan tiket melalui aplikasi untuk sebagian orang, isu tentang kepindahan dan rekrutmen pemain, serta sinergitas antara manajemen dan suporter, serta komunikasi informasi terhadap suporter menjadi pertanyaan yang ada dalam kepala saya. Ada apa dengan Persib?
Baca Juga : Persib Akan Berjumpa Ricky Kambuaya, Luis Milla Bicara Proses Transfer
Saya memahami bahwa menuju profesional diharuskan untuk era saat ini, tetapi jangan pula melupakan budaya serta ciri khas Persib yang terus dirawat banyak orang. Upaya baik yang dilakukan juga harus terus dikomunikasikan sehingga warisan budaya klub Persib terus dilakukan secara turun-temurun.
Untuk saat ini saya berhenti menjadi suporter Persib yang "militan" sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Menjadi suporter biasa dengan menikmati alakadarnya. Hapunten paralun upami aya anu kirang merenah dina manah. Semoga Persib kembali menjadi juara.**
Penulis Tyas Agung Pratama, sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.