REPUBLIK BOBOTOH - Dedi Kusnandar harus menempuh perjalanan berliku agar bisa bergabung dengan Persib.
Meski selama masa mudanya ia habiskan bermain bola di Bandung, nyatanya takdir mengantarkannya ke luar Bandung demi mendapatkan karier profesional pertamanya.
Pria yang akrab disapa Dado itu menjelaskan bahwa menjadi pemain Persib tidak semudah membalikan telapak tangan.
Ia melihat, untuk menjadi bagian dari tim Maung Bandung harus memiliki jam terbang dan mental kuat.
Dengan begitu, ia memilih mengadu nasib ke Pelita Jaya, Arema Cronus, dan Persebaya demi mendapatkan pengalaman, sekaligus membangun mental bertandingnya.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
"Kalau ambisi pengen lah, apalagi sejak junior kita main di Bandung tapi pertama karier profesional bukan di Bandung," kata pemain asal Jatinangor itu di YouTube Persib.
Tentunya saat berseragam tim lain, Dado selalu mendapatkan kesempatan bermain menghadapi Maung Bandung.
Namun entah mengapa, Dado selalu merasa tak puas dengan performanya saat ingin menunjukan kepada Persib dan publik Bandung.
"Pikirannya sih gini, kita sebenarnya mampu dan ingin membuktikan. Tapi setiap kali ada perasaan itu malah jadi bumerang, entah cedera, atau main kurang baik, mungkin karena terlalu over juga," tambah pemilik nomor punggung 11 itu.
Namun Dado menilai, performa buruknya saat menghadapi Persib tak lepas dari ambisi besar untuk membuktikan kapasitasnya.
Sehingga, ambisi tersebut layaknya bumerang dan ia selalu kesulitan saat tampil menghadapi Persib.
"Dulu itu kan rata-rata orang Bandung kalau main lawan Persib itu mainnya dua kali lipat. Tapi yang saya rasain malah jadi bumerang, entah cedera atau main kurang baik. Pada intinya saya belajar dari situ jangan terlalu berlebihan lah," tutup eks kapten Sabah FA tersebut.**
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Raffy Faraz | Editor: Daddy