REPUBLIK BOBOTOH - Pelatih Persib Bandung Robert Alberts, menyindir 12 klub yang melakukan pergantian pelatih di tengah jalan saat kompetisi masih berlangsung.
Sebanyak 12 klub sudah melakukan perubahan di kursi pelatih kepala sepanjang gelaran Liga 1 musim ini. Tersisa hanya 6 tim yang masih berkomitmen dan mempertahankan pelatih kepala hingga pekan ke-20 Liga 1 2021/2022.
Dari 12 klub tersebut terdapat 14 pelatih kepala yang menjadi korban. Tentunya jumlah ini tidaklah sedikit dan terbilang salah satu rekor terbanyak bergantinya kursi kepelatihan sepanjang satu musim.
Uniknya lagi terdapat dua tim yang sudah memutus kerjasama dengan dua pelatih yang berbeda. PSIS sudah mendepak dua pelatih yakni Ian Andrew Gillan dan Imran Nahumarury.
Sedangkan yang terbaru adalah Borneo FC yang memberhentikan kerjasama dengan Risto Vidakovic yang sebelumnya juga memberhentikan kerjasama dengan Mario Gomez.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
Pelatih Persib, Robert Alberts menjadi 1 dari 6 pelatih yang masih bertahan bersama klubnya. Padahal tagar ReneOut masih terus bergaung hingga saat ini karena banyak Bobotoh yang tak puas dengan gaya bermain Maung Bandung.
Robert menjelaskan, banyaknya pergantian pelatih di Liga 1 bukanlah hal baru baginya. Menurutnya fenomena ini sebenarnya bisa menjadi rekor dunia karena melibatkan banyak pelatih.
"Selain Persib, hanya ada lima yang belum diganti pelatihnya, Bhayangkara, Persebaya, Arema, Bali dan Persita. Jadi jika melihat total ada 18 klub dikurangi enam maka ada 12 tim yang mengganti pelatih dan beberapa ada yang dua kali. Mungkin ini rekor di dunia," ujar Robert kepada awak media pada Sabtu, 22 Januari 2022.
Lebih lanjut menurut Robert fenomena ini didasari lemahnya pendekatan dari banyak aspek. Termasuk target setiap tim, yang mana dinilai Robert tidak realistis dengan kelebihan dari masing masing tim.
"Apa yang kami lakukan? apa filosofi di balik itu? Kamu harus realiastis, kamu harus profesional dalam melakukan pendekatan (target). Ini seperti rekor dunia, karena sangat banyak melakukan pergantian pelatih," imbuhnya.
Sebagai contoh, pelatih berusia 67 tahun itu menyebutkan bahwa kompetisi terbaik di dunia melakukan pendekatan realistis dalam menentukan target secara bertahap. Padahal ia meyakini ego setiap klub di Liga Inggris pasti ingin meraih juara di setiap musim.
Akan tetapi dengan pendekatan realistis, kompetisi tersebut lebih kompetitif dan selalu menghadirkan klub matang yang menjadi kuda hitam di papan atas. Pasalnya kematangan tim dibentuk tidak secara instan dan memerlukan waktu panjang demi mengemas sebuah klub tangguh.
"Jika 3-5 pelatih, atau mengacu pada Liga Inggris sebagai contoh, kalian tidak banyak pelatih diganti. Padahal itu liga terbaik di dunia dan punya ekspektasi tertinggi. Tapi mereka juga realistis," tuntasnya.**
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Raffy Faraz | Editor: Daddy