Fiator Ambarita, Wasit Fenomenal yang Pernah Berkostum dan 'Di-Blacklist' Persib

Fiator Ambarita, Wasit Fenomenal yang Pernah Berkostum dan 'Di-Blacklist' Persib Fiator Ambarita (baju kuning) hadir dalam acara Piriwit Biru yang tayang di channel Youtube Republikbobotoh TV.

REPUBLIK BOBOTOH - Nama Fiator Ambarita sempat dikenal sebagai wasit kontroversial. Namun siapa sangka, sebelum terjun menjadi dunia wasit, Fiator Ambarita sempat mencicipi manisnya seragam biru milik Persib.

Sejak kecil, Fiator Ambarita memang sangat gemar dengan olahraga sepak bola. Ia juga terus mengasah sentuhannya dengan masuk ke salah satu sekolah sepak bola tertua di Bandung, yakni SSB UNI yang saat itu terletak di Jalan Karapitan.

Selama di UNI, Fiator Ambarita tumbuh berkembang menjadi pemain berkarakter di sektor bek sayap. Kemampuan Fiator Ambarita, juga diminati Persib Junior dari Persib U-15, Persib U-17, hingga Persib U-23.

Seiring berjalannya waktu kesempatan tembus ke Persib senior akhirnya tiba di tahun 1990. Saat itu ia gabung bersama Nandang Kurnaedi yang juga teman satu angkatannya.

"Ya memang saya kecilnya di lapangan UNI, terus saya masuk dan terpilih lewat kompetisi intern seperti ada disitu Propelat, Bupa, Sidolig, disitu dipilih dari usia 15, 17, dan 23 saya pernah masuk Persib kemudian saya terakhir tahun 90 saya masuk tim senior,"


Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)


"Saya masih junior, seniornya masih Ajat cs, Sobur, Suko, Kang Adeng, tapi saya sudah masuk di situ, saya seusia mah sama Roy, Nandang Kurnaedi," buka Fiator dalam program Piriwit Biru yang disiarkan di YouTube REPUBLIKBOBOTOH TV.

Sayangnya karir Fiator Ambarita di Persib tak berjalan mulus. Pasalnya statusnya sebagai pemain muda harus bersaing dan mengalahkan bek sayap senior lainnya.

"Saya juga pernah main lawan Tangerang karena waktu itu Ade Mulyono cedera, Dede Iskandar jadi stoper, dan Robby yang ke Kelantan itu belum kembali. Iya kalah 1-0. Yang juniornya saya sama Nandang lah," tambahnya.

Minimnya menit bermain membuat Fiator Ambarita gerah dan memilih hengkang dari Persib. Setelah hengkang, pria berdarah Medan itu mendapatkan tawaran dari mendiang Risnandar yang saat itu melatih Bandung Raya di Kompetisi Galatama.

Tak berpikir panjang, Fiator menerima pinangan Bandung Raya dan mendapatkan banyak menit bermain.

"Pas main di Lampung, Ade Mulyono sudah pulih, Robby sudah kembali tapi saya gak kebawa, saya didekati sama Almarhum Risnandar terus main di Bandung Raya, kata orang-orang mah semua pada mau ke Persib ini malah kaluar ti Persib,"

"Tapi saya prinsipnya saya main, gak mau jadi cadangan, tapi saya di Bandung Raya 2 tahun, waktu jaman Galatama, gak kaya sekarang ada banyak," tambah Fiator.

Sukses di Bandung Raya selama dua musim, Fiator Ambarita mendapat ajakan dari koleganya untuk kembali mengikuti seleksi tim Persib. Namun saat itu ia bukan bermain untuk UNI di kompetisi intenal Persib, melainkan tampil membela PSAD.

Sayangnya perlakukan kurang baik Fiator Ambarita saat hengkang ke Bandung Raya membuat namanya langsung dicoret dari daftar seleksi Persib.

"Pernah, jadi diajak waktu itu seleksi lagi tapi bukan dari UNI tapi PS Siliwangi. Cuma saya punya kesan kurang baik waktu keluar dari Persib dan gabung Bandung Raya. Karena dulu kan amatir jadi surat keluarnya dari tim intern, dulu mah kan amatir jadi gak ada kontrak, uang pertandingan we," imbuhnya.

Selama berkarir, Fiator Ambarita mendapatkan cedera parah yang membuatnya tak melanjutkan karir sebagai pesepakbola profesional. Sehingga ia mencoba menjadi wasit dan memimpin beberapa pertandingan tidak resmi.

Baginya menjadi seorang wasit sangatlah relevan setelah memutuskan gantung sepatu. Seorang mantan pesepakbola tak melulu menjadi seorang pelatih, karena bagi Fiator mantan pesepakbola juga mengetahui secara detail situasi di lapangan ketika menjadi wasit.

"Jadi ini (pegang lutut) cedera nih, kalau gak salah di Medan kena nya lawan Medan Jaya, terus 2-3 tahunan iseng-iseng aja jadi wasit. Kalau tarkam sih suka ajak tapi iseng-iseng aja lah karena banyaknya pemain itu kan milih jadi pelatih, padahal pemain itu tahu persis bagaimana aturan, diving, kan kita tahu, ternyata dari isemg itu malah jadi prestasi dan dikenal bukan pemain Persib," tambahnya.

Saat disinggung lebih enak menjadi pesepakbola atau wasit, Fiator Ambarita dengan tegas lebih enak menjadi wasit. Pasalnya menjadi wasit bisa lebih tenang dalam menghadapi pertandingan, apabila dibandingkan saat menjadi pemain profesional.

"Lebih enak jadi wasit, kalau jadi pemain mah besok mikir dipasang atau engga, kumaha tim lawan, kalau saya jadi wasit mah tenang aja. Udah kebaca, kalau udah kebaca secara mental sudah siap. Beda kalau pemain mikirin besok harus gimana, gitu sih menurut pandangan saya," tuntasnya.**

TONTON VIDEONYA DI YOUTUBE RBCOM TV

Follow Berita Republik Bobotoh di Google News

Penulis: Raffy Faraz | Editor: Helmi M Permana

Piksi

Berita Terkini