RBCOM - Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak, menilai sepak bola di Asia tidak seharusnya meniru Eropa dalam mengatur jadwal pertandingan.
Menurut Bojan Hodak kondisi geografis di Asia berbeda dengan Eropa, karena itu dalam mengatur jadwal pertandingan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh tim.
Hal itu, menurut Bojan Hodak harus jadi perhatian PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku regulator dan penyelenggara kompetisi domestik.
Bojan Hodak mencontohkan jarak antarnegara di Asia, membuat tim harus menempuh perjalanan cukup lama, apalagi banyak negara di Asia, termasuk Indonesia sepak bolanya masih bisa masuk kategori berkembang.
Ini berbeda dengan di Eropa yang secara sistem sudah sangat maju, termasuk fasilitasnya. Di Eropa, kata Bojan Hodak, wajar jika dalam sepekan sebuah tim bisa bertanding tiga kali karena setiap negara cenderung berdekatan.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
Di Eropa, kata Bojan Hodak, sebuah tim tidak harus selalu menempuh perjalanan lewat udara, sebab bisa juga dilakukan melalui jalur darat dengan kereta.
"Satu hal, mereka tidak paham bahwa di Eropa, dari satu daerah ke daerah lainnya mungkin maksimal hanya memerlukan waktu penerbangan sekitar 3-4 jam," ungkap Bojan Hodak.
Persib saat ini harus menghadapi problem jadwal padat, karena harus bertanding enam kali dalam waktu 22 hari di kompetisi Liga 1 dan antarklub Asia, AFC Champions League (ACL) Two musim 2024-2025.
Persib akan melakoni enam pertandingan di Liga 1 dan ACL Two dalam waktu 22 hari selama periode September sampai awal Oktober 2024.
Ketika melakoni laga tandang melawan Zhejiang FC, Persib harus menempuh perjalanan udara yang membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai ke China.
Bojan Hodak pun menceritakan pengalamannya ketika memimpin Kuala Lumpur City FC bertanding menghadapi klub Uzbekistan, Sogdiana Jizzakh, di leg kedua semifinal AFC Cup atau play off interzone final.
"Tapi ini di Asia, untuk pergi ke China kami memerlukan waktu 10 jam. Dua tahun lalu, saya bersama Kuala Lumpur City, kami bermain di final AFC Cup, ketika semifinal melawan klub Uzbekistan, kami melakukan perjalanan 27 jam," kata Bojan Hodak.
Bedanya saat itu, federasi sepak bola Malaysia dan operator kompetisi membantu Kuala Lumpur City FC dengan menunda pertandingan mereka di kompetisi domestik demi fokus ke laga kontra Sogdiana Jizzakh dan hasilnya, KLFC bisa menang lewat adu penalti.
"Tapi saat itu, liga Malaysia membantu kami, mereka mengubah jadwal kami dan kami mendapatkan hasil yang fantastis. Karena itu, Malaysia punya dua tim di AFC Champions League," ujarnya.
Bojan Hodak berharap, jika PSSI ingin nilai koefesien Indonesia di ranking antarklub Asia naik, maka sepatutnya membantu Persib dan Madura United.
"Jika Indonesia ingin hal yang sama, mereka perlu membantu kami, membantu Madura untuk bisa mendapat poin yang lebih baik," jelasnya.***
TONTON VIDEONYA DI YOUTUBE RBCOM TV
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Tim Republik Bobotoh | Editor: M Taufik