REPUBLIK BOBOTOH - Kasus perundungan yang menimpa keluarga pelatih Persib Bandung, Robert Alberts bukanlah pertama di sepak bola Indonesia.

Sudah banyak praktik perundungan yang dilakukan pihak tak bertanggung jawab kepada para pesepakbola hingga keluarganya.

Sebelumnya kasus tersebut juga sempat menimpa keluarga Andritany Ardhiyasa dan Rachmat Irianto.

Kala itu istri dari penjaga gawang Persija itu menjadi korban pelecehan seksual melalui media sosial yang diutarakan oleh pemilik akun Instagtram @mochamadnabil.

Baca Juga : Respons Robert Alberts Soal Febri Hariyadi yang Terus Diserang Komentar Miring

Sedangkan untuk Rian, kasus tersebut berbentuk teror dari orang yang tidak dikenal. Sehingga ia memutuskan hengkang dari Persebaya dengan alasan ingin menyelamatkan keluarganya.

Pelatih Persib, Robert Alberts menjelaskan ada beberapa hal yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Namun pihak korban bisa memilih jalur manapun yang akan ditempuh.

Khusus kasus yang menimpa keluarganya, Robert memilih untuk melakukan mediasi dengan pengguna Instagram @tenrst dan menuntut permohonan maaf dari pemilik akun tersebut.

Beruntungnya sang pemilik akun Instagram itu sudah memenuhi semua yang diinginkannya. Ia juga menerima semua permintaan maaf secara langsung dari Tendi Rustendi dan menjanjikan sebuah jersey sebagai pengingat kasus tersebut.

"Yang pertama adalah mengedukasi seperti yang saya lakukan sekarang. Hal bagusnya adalah dia berani mengakui kesalahan dan juga keluarganya ikut terlibat."

"Ayahnya datang dan mengakui bahwa keluarganya malu atas kejadian ini, saya merasakan rasa malunya karena saya juga seorang ayah,"

"Saya juga menilai bahwa bagus keluarganya ikut terlibat untuk bisa membantu situasi ini agar tidak terjadi lagi ke depannya," kata pria asal Belanda itu di Graha Persib pad Senin, 4 Juli 2022.

Baca Juga : Keluarga Senang Tinggal di Bandung Bikin Daisuke Sato Tak Sabar Memulai Petualangannya

Ia menyadari antusiasme para pemuda di Indonesia terhadap sepak bola amatlah besar. Sehingga perilakunya dapat melampaui batas karena antusiasme tinggi nan liar.

"Tapi ini situasi yang rumit karena orang-orang di Indonesia hidupnya begitu berkaitan dengan sepakbola dan sangat erat dengan klub kebanggaannya. Terutama para anak muda yang kadang terlalu antusias, terlalu liar dan mereka jadi bertindak terlalu jauh," tambahnya.

Namun di sisi lain, pelatih berusia 68 tahun itu bukan anti kritik. Bahkan ia tak mempermasalahkan komentar sekeras apapun yang akan ditujukan kepadanya, asalkan tidak ada komentar bernada ancaman.

"Jika mereka mengkritisi saya, saya tidak mempermasalahkan itu. Semisal mereka berkata 'coach kenapa kamu melakukan ini, kamu melakukan itu' dan jika tidak mengancam, seperti hanya memanggil saya anjing, tidak apa-apa. Itu hanya ekspresi dari orang-orang,"

"Tapi jika ada orang yang berkata pada saya di internet dan berkata 'kalau kami ke Bandung, kami tahu dimana tempat kamu tinggal dan kami akan membunuhmu, itu adalah ancaman dan itu tidak boleh terjadi. Itu urusannya dengan pihak kepolisian," jelas ayah dari Asher Alberts tersebut.

Kritik selalu ada di dalam sepak bola, dimana di dalam pertandingan selalu ada kekalahan dan kemenangan. Ketika kalah, para pendukung timnya memberi kritik sekalipun bernada keras.

Baca Juga : Beredar Draft Jadwal Liga 1 2022: Ini Lawan Persib di Pekan Perdana

Baca Juga : Persib Agendakan Banyak Uji Coba, Ini Dia Bocoran Lawan yang Akan Dihadapi, Salah Satunya RANS Nusantara

Robert yang sudah 4 dekade bergelut di dunia si kulit bundar juga mengaku sudah sering menelan kritik pedas. Namun kritik tersebut harus menyadari setiap batasan dan jangan sampai mengusik anggota keluarganya.

Bagi banyak orang, keselamatan keluarga adalah nomor satu. Sehingga saat keluarganya terusik, sebagai kepala keluarga harus mampu memperjuangkan keselamatan anggota keluarganya dari berbagai macam bahaya yang mengintai.

"Kasus yang saya alami sekarang itu tak perlu melibatkan polisi. Ketika orang mengkritisi saya, saya sudah berada dalam industri ini selama sekitar 40 tahun, bahkan ini sudah saya anggap sebagai gaya hidup dan gairah hidup saya, ini adalah kehidupan saya,"

"Jadi ketika orang memanggil saya apapun selama masih dalam batasan, itu tak apa. Tapi jika sudah menyentuh keluarga saya, itu hal yang lain dan kami harus berjuang demi hak kami." tutup Robert.**

TONTON VIDEONYA