Dedi Kusnandar dan sejumlah pemain sepak bola hadir dalam acara doa bersama dan salat gaib untuk korban tragedi Kanjuruhan di GOR Saparua, Sabtu 8 Oktober 2022. (Raffy Faraz/Republik Bobotoh)
REPUBLIK BOBOTOH - Gelandang Persib Bandung, Dedi Kusnandar menyampaikan duka mendalam atas tragedi di Kanjuruhan yang merenggut banyak korban jiwa.
Dedi Kusnandar menjelaskan tragedi Kanjuruhan bukan hanya duka bagi warga Malang saja, juga seluruh masyarakat Indonesia.
Meski tidak bersinggungan langsung dalam tragedi Kanjuruhan, Dedi menyadari bahwa saat ini psikis para pemain Arema FC dalam kondisi yang buruk.
Hal itu dikatakan Dedi saat memberi dukungan kepada sejumlah pemain Arema FC melalui saluran telepon.
Baca Juga : Tony Sucipto Akui Pemain Persija Hilang Selera Bertanding setelah Tragedi Kanjuruhan
Ia menceritakan, para pemain Arema FC tentunya sangat terpukul karena melihat langsung para korban yang mengembuskan napas terakhirnya di ruang ganti pemain. Bahkan para pemain baru bisa meninggalkan stadion di waktu subuh karena turut membantu para korban.
"Saya sebagai pemain sangat merasakan apalagi setelah kejadian itu saya bangun tidur melihat berita langsung lihat hp," tutur Dedi dalam sharing session acara 'Dari Kami Untuk Malang' pada Sabtu, 8 Oktober 2022 di Gelora Saparua, Kota Bandung.
"Menghubungi pemain di Arema dan sangat sedih mendengar cerita mereka, pulang jam 4 subuh, melihat korban di ruang ganti. Walaupun saya gak main tapi gimana rasanya itu," ungkap Dado, sapaan Dedi Kusnandar, yang juga sempat bermain untuk Arema.
Tragedi tersebut juga membuat para pemain Arema FC merasa bersalah karena tak bisa memenangkan pertandingan. Bahkan para pemain Arema FC juga menyesali hasil akhir tersebut, sehingga berdampak terhadap banyaknya korban jiwa.
Namun Dado menjelaskan bahwa tragedi ini bukan saatnya untuk saling menyalahkan. Ia berharap tragedi ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar dapat memperbaiki sepak bola Indonesia di kemudian hari.
"Sebagai pemain kita gak hanya untuk menghibur, pemain sampai trauma ga bisa tidur sampai bilang kalau bisa mereka merasa disalahkan, kenapa kalah, kalau menang gak mungkin sampai kejadian seperti itu. Tapi bukan saatnya saling menyalahkan,"
"Hari ini titik awal, korban adalah pahlawan. Rivalitas hanya 90 menit, semua nonton bareng di stadion, setelah pertandingan semua bersatu untuk Indonesia," tutupnya.**