(Ilustrasi) Bobotoh membentangkan logo Viking Persib Club. (Adam Husein/Republik Bobotoh)
REPUBLIK BOBOTOH - Komunitas bobotoh terbesar, Viking Persib Club (VPC), menyampaikan pernyataan resmi terkait aksi walk out di laga Persib Bandung vs Dewa United FC di Stadion GBLA pada Jumat, 14 Juli 2023.
Berikut statement resmi Viking Persib Club yang disampaikan kepada media massa pada Selasa 11 Juli 2023:
"Sikap menepi sejenak ke stadion dihasilkan dari aspirasi distrik-distrik Viking Persib Club dan diperkuat dengan diskusi lintas komunitas Bobotoh yang punya pemikiran yang serupa.
Terkait bobotoh yang belum sependapat, kita tidak pernah memaksa untuk harus sama dan sependapat dengan kita (tetap saling menghormati pilihan masing2). Adapun beberapa permasalahan yang mendasari sikap ini adalah:
1. Harga tiket Naik
Harga tiket Persib salah satu yang termahal diantara kkub-klub lain di Indonesia. Sebenarnya bobotoh sudah terbiasa dengan harga tiket mahal, namun sayangnya saat ini tidak diimbangi oleh perbaikan kenyamanan fasilitas. Terkait fasilitas, sebetulnya kami tidak menuntut yang berlebihan, hanya meminta fasilitas dasar seperti toilet dan mushola bisa berfungsi dengan layak (bersih, ada air, tidak gelap).
Baca Juga : Teja Paku Alam Ogah Pikirkan Dewa United
Terkait alasan karena GBLA belum diserahterimakan ke Persib menurut saya kurang bisa diterima karena untuk sekedar membersihkan, memasang lampu dan mempernyaman sudah pernah dilakukan teman2 Viking Frontline sebelumnya tanpa harus ada proses birokrasi serah terima.
Ada masukan dari kawan-kwan bobotoh, jika niatnya ingin meningkatkan keamanan dan kenyamanan bobotoh, seharusnya terdapat premi asuransi kecelakaan untuk meringankan beban apabila hal yang tidak diharapkan terjadi.
2. Sistem Pembelian tiket
Sistem pembelian tiket musim ini skemanya baru (harus update install aplikasi baru, mengisi biodata ulang, upload ktp, upload foto selfie). Tidak berhenti disitu setelah proses itu selesai kita harus menunggu proses verifikasi diterima, ini menimbulkan masalah baru karena sistem verifikasinya masih manual sehingga banyak persoalan beragam, tidak ada standariasasi waktu verifikasi, ktp tidak terbaca, dan penolakan verifikasi.
Tentunya kita ikut senang terhadap bobotoh yang terverifikasinya cepat (saya juga termasuk bagian orang yg terverifikasinya dalam hari yang sama), tapi bagaimana terhadap orang2 yang sampai saat ini belum terverifikasi atau bahkan tidak mengerti sama sekali caranya penggunaan aplikasi? Apakah keresahan mereka tidak layak untuk disuarakan? Apakah mereka harus dihakimi sebagai orang yang kuno dan tidak bisa diajak maju demi persib? Bukankah katanya sepakbola dan persib untuk semua dan bukan milik kelompok dan golongan tertentu saja?
Baca Juga : Curahan Hati Seorang Bobotoh
Issue lainnya adalah pembelian tiket komunitas yang harus dilakukan individu lewat aplikasi, selain tidak berfungsinya peran komunitas, skema ini menjadi masalah baru karena komunitas (terutama yang diluar kota), dipastikan berangkat rombongan sehingga pembelian tiket kolektif akan memudahkan mereka untuk berkordinasi dan mengkordinir para anggotanya.
Sebagai contoh pada pertandingan pertama melawan madura kemarin banyak distrik Viking luar kota Bandung yang sudah mencarter bis tapi dibatalkan karena anggota rombongan yang berangkat hanya 7-10 orang, dikarenakan yang berhasil membeli tiket jauh dari kapasitas bis. berkaca dari musim sebelumnya pembelian bisa kolektif dengan 1 tiket data 1 ktp berikut no telepon dan tiket diterima melalui email.
3. Pelarangan membawa makanan dan minuman ke stadion.
Tidak bisa dipungkiri banyak bobotoh dengan kondisi ekonomi pas2an, biasanya hanya cukup untuk membeli tiket dan ongkos sehingga mereka membawa bekal makanan dari rumah. Selain itu, menonton persib di stadion merupakan wadah silaturahmi sesama bobotoh, sebagian bobotoh memiliki tradisi botram untuk mewarnai silaturahmi tersebut.
Namun ada hal lucu di musim ini, yaitu penonton tidak boleh membawa makanan dan minuman masuk ke stadion, alasannya adalah karena makanan dan minuman sering digunakan sebagai media untuk menyelundupkan flare. Kita sepakat flare adalah benda yang dilarang di stadion (tertuang di regulasi). Namun bukan berarti juga melarang benda lainnya yang sebenernya tidak dilarang di regulasi untuk masuk ke stadion.
Baca Juga : Jadi Kapten Persib dalam 2 Laga Terakhir, Begini Perasaan Teja Paku Alam
Jika cara berpikir yang dipakai seperti itu "makanan dilarang karena sering dipakai sebagai modus menyelundupkan flare" lalu bagaimana dengan modus menyelundupkan flare dimasukan ke dalam celana dalam? Apakah nanti orang yang ke stadion akan dilarang memakai celana dalam juga?
Yang harusnya dilakukan adalah memperketat pemeriksaan, menggunakan bantuan alat yang bisa mendeteksi flare dsb, kemudian menyita barang yang memang dilarang dalam regulasi bukan mengharamkan semua yang sebenarnya tidak dilarang regulasi.
Demikian beberapa pemikiran yang dapat disampaikan semoga dapat dipahami, dan harus diingat bahwa sikap menepi sejenak ini bukan bermaksud untuk meninggalkan persib, jangan pernah meragukan kesetiaan kami (Viking) untuk persib, rasanya sejak 30 tahun berdiri hampir semua stadion di Indonesia bahkan Asia pernah kami kunjungi, baik mengawal dan menyaksikan proses juara sampai play off degradasi.
Walaupun raga ini tidak hadir di GBLA doa kami selalu mengiringi perjuangan para pemain Persib. Terkait sikap kami dan yang berbeda sikap saya berharap semua harus saling menghargai dan saling mendoakan. KABEH DULUR!."
Salam hormat
Tobias Ginanjar Sayidina
Ketua umum Viking Persib Club.**