Tanggal 30 Juli 2019, merupakan hari yang cukup menyakitkan bagi seluruh Bobotoh yang menyaksikan pertandingan Arema Malang vs Persib Bandung. Pertandingan tersebut merupakan Big Match menurut komentator pertandingan.
Namun penulis kurang sepakat, karena tidak tersaji sebuah permainan yang menunjukan Kelas sebuah Big Match. Mungkin dari perspekif pendapatan panpel atau rating Televisi, bisa jadi. Bagaimana tidak, sebagian besar proses goal yang tercipta, mungkin Bobotoh sepakat bahwa sangat mudah menebak itu akan terjadi goal.
Alhasil, babakan IG dan Twitter pun ramai-ramai memberikan tanggapan. Tercatat 3 buah tagar terkait Persib menduduki trending topic yakni, #Persibday #aqil dan #Persibbutut. Mungkin hal itu secara kasat mata bisa dinilai hanyalah sebuah luapan emosi Bobotoh.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
Namun, apabila kita analisis dan dilihat dari sudut pandang sebuah tim, supporter merupakan satu bagian yang sangat penting bagi sebuah tim. Ya, Bobotoh bisa memperhatikan Persib lebih Intens ketimbang Manajemen atau bahkan lebih mengenal Persib dibanding Pelatih.
Saat penulis memperhatikan isi dari tagar postingan tersebut, cukup beragam sudut pandang Bobotoh. Salah satunya mengenai kekurangan sejauh musim ini. Salah satu cuitan yang menarik dari @her_ii yang berisi, “tidak ada pemain yang punya karakter”, membuat penulis kembali mereview pertandingan itu melalui kanal Youtube.
Menurut penulis, cuitan tersebut bisa dibenarkan. Sampai saat ini, Persib kehilangan karakternya, karakter Persib sebagai sebuah tim yang ditakuti oleh tim lawan. Entah dari permainnnya, entah dari pelatihnya, atau bahkan dari manajemennya. Karakter Persib yang tersisa hanyalah menyalahkan wasit.
Muncul sebuah pertanyaan dari penulis, “apakah Persib memiliki tim khusus untuk meninjau dan menganalisis masukan pasar mereka?” siapa pasar mereka? Kita Bobotoh. Contoh cuitan diatas adalah salah satu dari ribuan suara Bobotoh mengenai kondisi Persib saat ini. Namun, apakah manajemen mendengarkan atau bahkan menganalisisnya? Penulis berharap demikian.
PERSIB BUTUH INTUISI BOBOTOH, yang ingin penulis tekankan diakhir luapan kekecewaan ini. Intuisi berisi masukan dan analisis yang tidak bisa semuanya disebut asal-asalan. Intuisi mengenai kekurangan gaya bermain, pemain yang memiliki bad attitude, bahkan analisis mengenai team lawan. yang mungkin bisa membawa Persib lebih baik diputaran kedua nanti, atau mungkin dipertandingan selanjutnya. Karena sekali lagi, Bobotoh bisa lebih mengenal Persib dibanding Pelatih, Pemain, dan Manajemen.
“pemain, pelatih, manajemen, sponsor boleh berganti, tapi Bobotoh tetap setia menemani”.
Kepada Bobotoh yang membaca tulisan ini, semoga kekecewaan ini membuat tubuh Bobotoh kembali ke satu frekuensi membentuk dinamika persatuan. Satu suara, satu visi misi, satu tekad, baik didalam maupun diluar stadion.
Entah siapa yang mampu membuat Bobotoh mengaum kembali sehingga didengar oleh manajemen dan disegani supporter lain. Kendati demikian, Persib akan tetap menjadi tim besar yang tak hentinya mengundang banyak perhatian dikancah persepakbolaan Nasional. Salam satu hati, Persib sampai mati.
Tangerang, 30 Juli 2019. Ditulis oleh Tegar Pamungkas, Bobotoh dengan akun twitter @tegarpamungkass
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News