REPUBLIK BOBOTOH - Robert Alberts sudah 29 tahun berkarier di Asia sebagai pelatih, sebagian besar waktunya dia habiskan bekerja sebagai pelatih di sejumlah klub di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Indonesia dan Malaysia jadi negara yang paling lama disinggahi Robert yang saat ini melatih Persib. Selama itu juga, pelatih dari Belanda itu melihat banyak hal yang membuatnya memahami perbedaan antara sepak bola Eropa dengan Asia, khususnya Indonesia, terutama terkait sistem yang dibangun.
Robert menilai, salah satu kelemahan sepak bola Indonesia adalah klub-klub cenderung kurang percaya kepada pemain muda. Sebagai contoh, kata Robert, terkait sistem kompetisi yang jelas dan teratur.
Di banyak negara Eropa yang sepak bolanya lebih maju, kata Robrt, sistem kompetisi yang diterapkan untuk pemain muda sama dengan level senior atau tim utama yakni kompetisi penuh atau liga.
"Tentu saja Anda perlu mengaitkannya dengan pemahaman akan sepak bola yang terjadi di sini (Indonesia) situasinya menjadi rumit. Karena yang terjadi di Eropa berkenaan dengan sistem pengembangan sepak bola menunjukkan banyak hal tentang nilai profesionalisme di negara tersebut," kata Robert, Minggu 1 Agustus 2021.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
"Contohnya ketika saya menjadi pelatih timnas Malaysia U-20, lalu kami bermain di Piala Dunia (kualifikasi Piala Dunia U-20 2007). Kami bertemu tim (uji coba) seperti Chelsea, Bayern Munchen dan PSV."
"Di usianya saat itu, para pemain di klub Eropa tersebut telah menjalani 250 hingga 300 laga karena adanya sistem pembinaan di usia muda. Sedangkan pemain saya waktu itu sangat sulit sekali mendapatkan kesempatan bermain karena tidak ada sistem pembinaan sepak bola usia muda di Malaysia."
"Perbedaan yang ditemukan meskipun usia mereka sama yaitu 19-20 tahun, bukan soal kualitas atau kemampuan teknik, bukan juga soal kecepatan atau daya tahan, melainkan murni soal pengalaman pemain menjalani laga kompetitif."
"Hanya di laga kompetitif lah, pemain bisa berkembang. Sedangkan di dalam latihan, mereka berusaha untuk bermain lebih baik," ujarnya.
Robert menegaskan, alasan mengapa sepak bola Indonesia sampai sekarang masih tertinggal bukan karena tidak memiliki bakat atau hal-hal bersifat teknis. Tapi karena Indonesia dalam analisis Robert sampai sekarang belum memiliki struktur yang baik dalam pengembangan sepak bola di level usia muda.
Sekarang bahkan, Indonesia bisa dibilang mulai tertinggal dari negara-negara tetangga di ASEAN seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan bahkan Filipina yang jauh sebelumnya tak memiliki tradisi kuat dalam olahraga sepak bola.
"Alasan kenapa perkembangan sepak bola di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju bukan karena para pemain tidak memiliki bakat dan lain-lain," katanya.
"Tapi karena tidak memiliki struktur yang cukup baik dalam pengembangan sepak bola. Ini membuat pekerjaan saya menarik setelah melihat perkembangan sepak bola yang fantastis di negara lain dan berharap perkembangan itu juga bisa terjadi di tim saya," tuntasnya.**
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Raffy Faraz | Editor: M Taufik