REPUBLIK BOBOTOH - Film Romeo & Juliet yang tayang pada tahun 2009 lalu sempat menggegerkan jagat sepak bola Indonesia karena menghadirkan cerita gesekan dua kubu suporter. Tentunya film tersebut akan selalu diingat, khususnya oleh para suporter Persib dan Persija.
Namun dibalik kesuksesan film tersebut, sang sutradara, Andibachtiar Yusuf membeberkan cerita di balik layarnya. Pria yang akrab disapa Ucup itu mengatakan, pihak bobotoh dalam hal ini Viking Persib Club (VPC) dan Jakmania sempat menyampakan penolakan dan keberatannya.
Untuk penolakan di Jakarta, kata Ucup, saat itu ia beserta tim hendak mengambil gambar di sekertariat Jakmania. Namun sayangnya Jakmania menolak karena belum ada izin dari Anandoyo Ismartani yang saat itu menjabat ketua.
"Di Jakarta pun sama mau shooting di sekre Jakmania itu gak di kasih sama Danang (Anandoyo Ismartani), dulunya ketua, karena gak izin," kata Ucup kepada REPUBLIKBOBOTOH.COM di program PERSIB AING yang sudah tayang di YouTube.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Ucup bersama tim berhasil melakukan negosiasi. Hingga akhirnya proses pengambilan gambar tersebut diizinkan.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
Sementara penolakan di Bandung, Ucup sempat memberikan naskah kepada ketua VPC untuk dibaca terlebih dulu dan ia juga legowo apabila ada revisi dari pihak VPC. Namun sayangnya komunikasi itu terputus karena ada beberapa gangguan.
"Sebetulnya ini agak lucu, saya kasih script, sempet kasih ke ketua ke Pak Heru (Joko), waktu itu belum revisi, nah waktu itu dikontak susah gak tahu kenapa," ungkap Ucup.
Dalam perjalanannya, Ucup terus berusaha agar naskahnya bisa dibaca terlebih dulu oleh pihak Bobotoh. Akhirnya, sutradara yang sempat menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung itu menemui panglima Viking, Almarhum Ayi Beutik.
Setelah bertemu Mang Ayi, Ucup mengaku senang karena pihak Bobotoh bisa menerima naskah tersebut. Almarhum Mang Ayi, kata Ucup, cukup antusias membaca naskahnya.
"Nah pas waktu ke Sidolig ketemu almarhum (Mang Ayi Beutik), dia kan panglima, saya mau ceritakan suporter yang hardcore gitu, Mang Ayi itu kelihatan lebih membumi, jadi enak ngobrolnya, jadi lupa kontak sama Pak Heru," tambahnya.
Karena keterbatasan relasi di Bandung, Ucup mengatakan proses pengambilan gambar dilakukan di kota lain. Terlebih lagi desas-desus penolakan dari Bobotoh sudah ia dengar dan ia tak ingin mengambil risiko.
"Kalau di Bandung kan saya lebih hati-hati karena gak kenal semua dan gak enak juga tempat orang, jadi waktu shooting di Bandung beberapa seting Bandung itu pindah ke Malang," ujar pria yang menyutradarai film Garuda di Dadaku tersebut.
Setelah film itu dirilis, masalah belum juga berhenti. Ucup menjelaskan bahwa pihak VPC sempat mengungkapkan keberatan atas tayangan tersebut.
"Kemudian ngobrol sana-sini, ya sebenarnya kalau waktu itu filmnya tayang di Bandung ditolak katanya, Heru sempat komplen karena gak izin atau apa lah," imbuh pria berkacamata itu.
"Apa yah kalau waktu itu A Heru, dia sempat ngomong waktu itu kalau gak salah di film ini merasa menyudutkan Viking, dan dia bilang mendirikan kelompok ini bukan semacam gengster, kita ini suporter, orang baik-baik, orang sunda. Cuma waktu itu belum baca script-nya dan belum ditonton, belum tayang, cuma kalau gak salah setelah dari 21, dia merasa keberatan," tambahnya.
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Jakarta. Animo para pendukung Persija pada film Romeo dan Juliet sangat baik, sehingga beberapa bioskop di Jakarta menambah beberapa ruang teater.
Ditambah lagi ada banyak yang menilai bahwa penolakan di Bandung merupakan gimick sebagai sarana promosi. Padahal Ucup menegaskan bahwa penolakan itu benar terjadi dan bukan hal yang direncanakan.
"Tiga atau empat kalau gak salah sampai ada yang bilang gini paling promo, padahal beneran (ada penolakan)." tuntasnya.**
TONTON VIDEONYA DI YOUTUBE RBCOM TV
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Raffy Faraz | Editor: Helmi M Permana