Ratusan suporter dari berbagai elemen mengadakan doa bersama bagi korban tragedi Stadion Kanjuruhan. (Raffy Faraz/Republik bobotoh)
GOROWOK BOBOTOH - Awan kelabu tengah menyelimuti dunia sepak bola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban ratusan jiwa, tentu saja menyisakan banyak duka bagi publik sepak bola tanah air, khususnya bagi kawan-kawan Aremania.
Ucapan belasungkawa berdatangan dari berbagai elemen masyarakat di Indonesia. Bahkan liga, tim, dan supporter dari luar Indonesia pun beramai-ramai mengucapkan duka cita dan memberikan dukungan bagi para korban.
Solidaritas tersebut ditunjukkan dengan berbagai cara. Mulai dari menggunakan pita hitam saat bertanding, melakukan minutes of silence seperti yang terjadi di LaLiga dan Eredivisie, hingga membentangkan spanduk-spanduk protes seperti yang dilakukan oleh supporter Bayern Munchen dalam lanjutan UEFA Champions League.
Baca Juga: Liga 1 Rencana Kembali Digelar November, Luis Milla Khawatir Hal Ini Terjadi
Total korban dari Tragedi Kanjuruhan ini mencapai 131 korban jiwa. Jumlah tersebut masih bisa terus bertambah sebab masih banyak korban yang menjalani perawatan di rumah sakit. Dengan jumlah korban jiwa sebanyak, Tragedi Kanjuruhan menempati urutan kedua dalam tragedi sepak bola terburuk di dunia. Urutan pertama ditempati oleh Tragedi Estadio Nacional, Peru yang memakan korban jiwa sebanyak 328 korban jiwa.
Tragedi ini juga menjadi sorotan FIFA. FIFA mengutus Niko Nhouvannasak sebagai perwakilan untuk menyampaikan dukungan kepada dunia speak bola Indonesia. Selain itu, Presiden FIFA, Gianni Infantino dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia pada 18 Oktober mendatang. Kunjungan tersebut bertujuan untuk berdiskusi dengan Presiden Joko Widodo.
Selain menjadi sorotan FIFA, tragedi ini juga menjadi sorotan berbagai media internasional. The Daily Star dan The Guardian menyoroti mengenai jumlah korban jiwa Tragedi Kanjuruhan. The New York Times menulis mengenai supporter yang masuk ke lapangan. Hingga tabloid asal Inggris, Mirror, menyoroti imbas tragedi ini terhadap jalannya kompetisi.
Baca Juga: Mengaku Aremania Korban Stadion Kanjuruhan Berujung ke RSJ, Begini Kisahnya
Banyak faktor yang melatarbelakangi Tragedi Kanjuruhan. Pertama, ketidakbecusan PSSI dan PT. LIB dalam menjalankan roda kompetisi. Kedua, Panitia Pelaksana yang menjual tiket melebihi kapasitas. Tiket yang dijual oleh Panitia Pelaksana sebanyak 42 ribu tiket sedangkan kapasitas Stadion Kanjuruhan hanya 38 ribu orang.
Ketiga, tindakan represif dari aparat yang menembakkan gas air mata ke arah tribun. Tembakan tersebut menimbulkan kepanikan sehingga para penonton berdesakan menuju ke pintu keluar.
Keempat, kebebalan dari pihak broadcaster yang memaksa menggelar pertandingan di malam hari demi rating semata. Faktor-faktor tersebut yang dituding oleh banyak pihak menjadi penyebab terjadinya tragedi ini.
Baca Juga: Gas Air Mata Tak Lagi Digunakan Dalam Stadion, Polri: Sesuai Statuta FIFA
Liga Terhenti
Tragedi Kanjuruhan turut berdampak pada jalannya kompetisi. Liga 1 terpaksa dihentikan untuk beberapa saat sebagai bentuk rasa berkabung. Di tengah ketidakjelasan kapan liga akan kembali bergulir, Luis Milla memberikan libur selama 3 hari bagi para pemain. Selain Persib, beberapa tim lain juga meliburkan pasukannya untuk beberapa waktu.
Seperti judul tulisan ini, terhentinya liga sebenarnya bisa saja membawa berkah untuk Persib. Bagi Persib yang melakukan pergantian nakhoda pada saat liga sedang bergulir, tentu saja perlu waktu untuk melakukan transisi. Pemain harus beradaptasi kembali dengan taktik baru yang dibawa oleh Luis Milla.
Waktu yang tersedia bisa digunakan untuk merombak total taktik usang yang sebelumnya digunakan oleh Robert Alberts. Luis Milla bisa bereksperimen mencoba beberapa pemain di posisi baru seperti yang telah dilakukan pada Frets Butuan, yang dicoba di posisi gelandang tengah. Serta Febri Hariyadi yang dicoba di posisi wing back kiri. Hal tersebut bisa jadi bermanfaat di situasi darurat.
Baca Juga: 17 Tahun 'Terasing" di Bumi Viking, The Jakmania Bandung Akhirnya Bisa Ngopi Bareng
Selama awal musim 2022-2023, Persib memiliki permasalahan utama yaitu sektor pertahanan. Persib menjadi salah satu tim dengan jumlah kebobolan terbanyak. Setelah kedatangan Luis Milla, pertahanan Persib menunjukkan sedikit perubahan meskipun masih relatif rapuh.
Skema 3 bek yang masih terbilang asing untuk skuad Persib saat ini bisa kembali dimatangkan. Dengan waktu yang tersedia, diharapkan Luis Milla bisa memantapkan skema yang akan dipakai, agar bisa membawa Persib ke tempat yang seharusnya.
Masalah yang bisa dibenahi oleh Luis Milla yaitu masalah fisik pemain. Fisik pemain menjadi salah satu masalah utama bagi Persib selama diasuh oleh Robert Alberts. Pemain hanya sanggup bermain maksimal hingga menit 60an. Dengan ditunjuknya Carloz Grande Rodriguez sebagai pelatih fisik baru, saya harap Luis Milla dan jajaran pelatih dapat membenahi fisik para pemain.
Baca Juga: Begini Cara Kerja LaLiga Saat Menggelar Pertandingan Panas, Termasuk El Clasico
Hikmah yang Bisa Dipetik
Mari kita merenung sejenak. Di balik setiap musibah pasti ada hikmah yang tersembunyi. Tragedi Kanjuruhan secara tidak langsung menyadarkan banyak supporter bahwa perdamaian bukan hanya sekadar wacana, melainkan hal yang harus diwujudkan. Rivalitas memang perlu karena hal tersebut merupakan salah satu bumbu dalam sepak bola, namun rivalitas tersebut harus tetap memiliki batasan agar tidak kebablasan.
Banyak supporter yang menggelar doa bersama hingga melakukan penggalangan dana untuk menunjukkan rasa solidaritas terhadap kawan-kawan Aremania. Contohnya yang dilakukan oleh VikingPersib Club dan beberapa elemen supporter lainnya, pada Sabtu (08/10) kemarin di GOR Saparua, Bandung.
Tak berhenti di situ, banyak juga supporter yang mengucapkan ikrar perdamaian. Bisa dilihat bahwa dampak dari Tragedi Kanjuruhan ini cukup besar bagi iklim supporter sepak bola Indonesia.
Baca Juga: Siap-siap! Beberapa Klub Liga 1 Akan 'Terusir' dari Markasnya Tahun Depan
Perdamaian yang sudah mulai tercipta diharapkan dapat berlangsung lama. Sehingga tak harus ada lagi nyawa supporter yang melayang sia-sia. Lalu, jangan sampai perdamaian antar supporter ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mencoba meraup keuntungan.
Namun segala hal positif tersebut akan sia-sia apabila PSSI selaku otoritas tertinggi sepak bola Indonesia tidak berbenah. Sebagai salah satu pihak yang harus bertanggung jawab atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan ini, PSSI seharusnya segera melakukan langkah konkret.
Langkah konkret tersebut bisa dimulai dari mundurnya Ketua Umum, misalnya. Jangan hanya muncul bak pahlawan saat Timnas berprestasi tapi menghilang saat tragedi terjadi. Dasar muka tebal!
Saya rasa nyawa kawan-kawan Aremania yang menjadi korban, akan melayang sia-sia jika tak terjadi perubahan yang berarti. Saya berharap tragedi ini dapat diusut sampai tuntas dan tidak lupa mari kita kirim doa untuk kawan-kawan Aremania yang mendahului kita. Al-Fatihah.**
Penulis: Jihad Alif (Twitter: @jihadalif_).
ATTENTION: Bagi bobotoh yang suka menulis bisa mengirimkan tulisan ke email republikbobotoh@gmail.com, tulisan akan dimuat di kolom GOROWOK BOBOTOH.
CATATAN: Rubrik GOROWOK BOBOTOH memuat tulisan artikel opini dari pembaca, Redaksi REPUBLIKBOBOTOH.COM tidak bertanggungjawab atas isi tulisan yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Kritik dan saran kirim ke republikbobotoh@gmail.com.