Acara Persib Goes to School di SMAN 17 Bandung. (MO Persib)
REPUBLIK BOBOTOH - Persib Bandung kembali sambangi lokasi pendidikan dalam program Persib Goes to School pada Rabu, 14 Desember 2022.
Kali ini giliran SMAN 17 Kota Bandung yang mendapat giliran untuk membas tema rivalitas agenda Persib Goes to School tersebut.
Hadir juga dalam program Persib Goes to School tersebut sejumlah pembicara. Mereka ialah mantan pemain Persib, Airlangga Sucipto, perwakilan Bobotoh, Heru Joko, dan praktisi, psikologo olahraga, Riza Safitri.
Baca Juga : Rachmat Irianto Bocorkan Pesan Shin Tae-yong untuk Skuad Timnas Indonesia
Sebagai seorang bobotoh, Heru Joko senang bisa terlibat dalam program ini. Ia berbagi pengalaman dan kiat untuk memberikan dukungan terhadap Persib Bandung.
"Ada gairah di pagi ini. Mereka suka sama Persib. Ini terlihat dari antusias mereka. Saya senang bisa ada di sini. Ini program yang harus ditindaklanjuti. Tidak cukup di sini, semuanya harus kebagian acara seperti ini karena sangat positif," kata Heru Joko dalam rilis yang diterima REPUBLIKBOBOTOH.COM.
Mengenai rivalitas, Heru Joko menyebut, hal itu sudah sewajarnya terjadi dalam sebuah kompetisi. Hanya saja rivalitas tersebut harus digarisbawahi sebagai pelecut semangat pemain guna memberikan permainan terbaiknya.
"Rivalitas itu untuk meramaikan sepakbola. Cukup hanya di dalam stadion saja selama 2x45 menit. Di dalam stadion pun tidak perlu dilakukan secara anarkis. Beri dukungan secara berkelas karena cinta kepada klub itu dari hati. Sepakbola adalah silaturahmi sekaligus alat perjuangan agar lebih baik," bebernya.
Seorang siswa kelas XII IPS SMAN 17 Kota Bandung, Danilo Adilia pun punya kecintaan yang besar terhadap Persib. Melalui program Persib Goes to School ini, ia meyakini, sepak bola adalah persaudaraan.
"Saya sangat menyukai acara ini. Di sini, kami bicara soal rivalitas dan mengambil hal-hal positifnya saja, jangan yang negatifnya bahwa. Rivalitas itu hanya terjadi di lapangan. Di luar lapangan, kita semua adalah saudara. Seberapa cinta dengan Persib? Saya 100 persen cinta sama Persib," ungkapnya.
Praktisi psikologi olahraga, Rizka Safitri meyakini, kecintaan suporter tidak bisa diukur secara pasti. Apalagi Persib dan Bobotoh sudah saling berkaitan hingga mendarah daging hingga berbagai lapisan usia.
"Kayaknya, (kecintaan) enggak bisa diukur. karena memang remaja dari segi energi dan emosi sedang berada di puncaknya. Mereka sedang di masa pubertas. Jadi kalau dilihat, mereka punya tenaga dan waktu. Jadi, pasti jumlahnya besar,” kata Rizka.
“Karena mereka remaja, mereka masih mencari identitas diri. Mereka akan berkelompok dengan komunitas yang sesuai dengan kecintaannya, termasuk bergabung dalam salah satu kelompok bobotoh untuk menyalurkan energi dan waktunya,” sambungnya.
Rizka mengapresiasi kegiatan Persib Goes to School ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting sebagai sarana memperluas wawasan siswa dalam memberikan dukungannya secara positif terhadap Persib.
“Karena kalau enggak diajarin, mereka bisa beralih ke hal negatif. Padahal, menyukai sesuatu atau menjadi fans itu bisa menjadi hal positif. Apresiasi untuk Persib sudah mengedukasi teman-teman remaja untuk menjadi bobotoh yang baik,” terangnya.
Apresiasi yang sama juga disampaikan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 17 Bandung, Muslihin S.Pd. Ia mengungkapkan, pihak sekolah akan memberikan dukungan terhadap kegiatan positif yang dijalani siswa-siswinya dengan tetap memperhatikan sisi pendidikan.
“Kegiatan ini sangat baik dan positif untuk sarana pembelajaran. Karena sekolah tidak melulu soal pendidikan formal, tapi juga nonformal yang bisa menjadikan anak-anak agar bisa lebih dewasa dalam menyikapi dan memberikan dukungan terhadap klub kebanggaannya,” kata Muslihin.
Baca Juga : Shin Tae-yong Berharap Laga Kandang Timnas Indonesia Bisa Disaksikan Langsung Suporter
“Pada tahun 2015-an, kami punya Viking 17. Kami memfasilitasi dukungan anak-anak dengan nonton langsung di Stadion Siliwangi dan Si Jalak Harupat dengan catatan waktu itu kami masih pulang jam 12 siang. Sekarang nonton bareng saja, karena Liga juga digelar dengan sistem bubble,” tutupnya.**