REPUBLIK BOBOTOH - Manajemen Persib Bandung masih belum menggubris tuntutan bobotoh yang meminta Panpel untuk meminta maaf, mengakui kesalahan dan mengunggahnya di seluruh platform media sosial Persib, terkait insiden maut GBLA yang menewaskan dua orang bobotoh.
Pantauan REPUBLIKBOBOTOH.COM hingga Kamis 23 Juni 2022, pukul 11.50 WIB, Persib masih belum memposting tuntutan bobotoh yang mengatasnamakan 'Generasi yang Tak Bisa Dibeli'.
Tuntutan bobotoh ini tak lepas dari insiden maut GBLA yang menewaskan dua orang suporter saat menyaksikan laga Persib vs Persebaya, Jumat 17 Juni 2022.
Baca Juga : Jupe Akui Persib Kelelahan setelah Amankan Puncak Klasemen Grup C Piala Presiden 2022
Asep Ahmad Solihin, bobotoh asal Bandung dan Sofiana Yusuf dari Bogor, meregang nyawa di stadion tersebut usai terinjak-injak saat berdesakan masuk ke dalam tribun penonton.
Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)
Pasca insiden inilah bobotoh menggelar aksi damai dan menyampaikan empat tuntutannya kepada manajemen Persib.
Aksi tersebut diawali dengan melakukan long march dari GOR Saparua menuju Graha Persib pada Selasa 21 Juni 2022.
Di sana, Bobotoh diterima langsung oleh perwakilan manajemen Persib, Umuh Muchtar dan penanggung jawab panpel Budi Bram Rachman
Saat menerima beberapa perwakilan bobotoh di Graha Persib, Umuh Muchtar menyampaikan permohonan maafnya atas insiden maut GBLA.
Bahkan di detik-detik akhir aksi damai tersebut, Umuh Muchtar memerintahkan tim dari PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) untuk membuat rilis permohonan maaf dan mengakui kelalaian panpel atas kejadian di GBLA melalui akun media sosial Persib dan website resmi.
"Di pengujung aksi WHU sempat memerintahkan tim PT. PBB untuk membuat rilis permohonan maaf & mengakui kelalaian panpel atas kejadian di GBLA kemarin di akun resmi social media dan website @persib. Akan kita tunggu dalam 1 x 24 jam," keterangan yang disampaikan Frontline Boys Club, Selasa 21 Juni 2022.
Bobotoh pun memberikan tenggat waktu 1 x 24 jam kepada manajemen Persib untuk menindahkan tuntutannya tersebut. Itu artinya, positingan permintaan maaf seharusnya dirilis pada hari Rabu 22 Juni 2022 pukul 15.44 WIB. Tapi faktanya, Persib masih belum melakukan apa yang diminta oleh bobotoh.
Baca Juga : Momen di Menit Akhir Sempat Bikin Pelatih Persib Jantungan
Menanggapi belum adanya tanggapan dari pihak Persib terkait tuntutan pasca aksi damai tersebut, Founder Frontline Boys Club, Anky Rahmansyah bereaksi keras.
Ia menilai PT PBB Arogan dan tidak peduli dengan keselamatan bobotoh.
"Simple. Ternyata semakin keliatan kalau PT. PBB ini arogan dan tidak peduli dengan keselamatan bobotohnya," tegas Anky saat berbincang dengan REPUBLIKBOBOTOH.COM melalui aplikasi pengolah pesan, Kamis 23 Juni 2022.
"Selain itu keliatan kalau komunikasi antar manajemen pun tidak berjalan, kemaren jelas kalau Umuh Muchtar bilang mau suruh orang media Persib untuk menyatakan permohonan maaf di media resmi Persib, tapi sekarang gak ada. Jadi apa manajemen yang lain tidak mendengar apa yang Umuh Muchtar sampaikan?," tegas Anky.
Anky menegaskan, bobotoh tidak akan tinggal diam apabila tuntutan yang mereka suarakan tidak digubris oleh manajemen Persib.
Ia mengaku bahwa saat ini, bersama rekan-rekan bobotoh lainnya sedang menyiapkan langkah-langkah, termasuk adanya kemungkinan untuk menggelar aksi lanjutan.
"Ada arah menuju ke sana (aksi damai), tapi kalau kita terbuka, kalau manajemen mau diskusi, dengan syarat bukan diskusi tertutup," ungkapnya.
Terkait tuntutan yang disampaikan bobotoh usai aksi damai kemarin, kata Anky, pihaknya hanya ingin adanya perbaikan yang bersifat sistematis agar ke depannya bisa lebih baik.
"Sebetulnya kan kenapa kita menuntut untuk minta maaf kan biar panpel, manajemen & PT. PBB ini punya rasa malu dan rasa bersalah, gimana mau evaluasi kalau rasa bersalah aja ngga punya," ungkap Anky.
Ia juga menegaskan bahwa insiden maut GBLA bukan hanya kesalahan perorangan saja, tapi ada sebuah sistem yang salah hingga menjadi suatu kebiasaan.
"Ini bukan kesalahan perseorangan aja, tapi ada sebuah sistem yang salah kemudian dibiarkan sampe akhirnya jadi suatu kebiasaan, dan yang jadi kambing hitam jadinya tetep bobotoh," pungkas Anky Rahmansyah.**
TONTON VIDEONYA DI YOUTUBE RBCOM TV
Follow Berita Republik Bobotoh di Google News
Penulis: Helmi MP | Editor: Helmi M Permana