Cerita Pemain Persib Kena 'Prank' Bonus Mobil

Cerita Pemain Persib Kena 'Prank' Bonus Mobil Persib di era kompetisi Perserikatan. (Bulao.id)

REPUBLIK BOBOTOH - Bonus jadi hal lumrah diperoleh pemain sepak bola ketika meraih kemenangan, apalagi saat menjadi juara. Janji bonus seringkali dilontarkan untuk melecut semangat bertarung para pemain di lapangan.

Tapi tak semua janji-janji manis itu terealisasi, jika dipenuhi terkadang tak sesuai harapan. Itu juga yang dirasakan oleh pemain Persib Bandung ketika menjuarai kompetisi Divisi Utama Perserikatan musim 1989/1990.

Ceritanya, seperti dikutip dari dokumen Majalah Tempo terbitan 24 Maret 1990, para pemain Persib sebelum laga final Divisi Utama Perserikatan 1990 melawan Persebaya, dijanjikan bakal mendapatkan bonus mobil.

Betapa girangnya Adjat Sudrajat dan kolega ketika itu, setelah Persib sukses mengandaskan Persebaya dengan skor 2-0 di final. Sebab selain meraih kebanggaan menjadi juara Perserikatan, dalam pikiran mereka adalah kembali ke Bandung dan mendapatkan mobil.

Janji bonus mobil itu dilontarkan oleh Irawan Sarpingi, bos perusahaan transportasi 4848 kala itu. Iming-iming bonus mobil tersebut tentu cukup melecut motivasi pasukan Maung Bandung hingga akhirnya menjadi juara.


Yuk gabung channel whatsapp REPUBLIKBOBOTOH.COM untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Persib, Bobotoh, Liga 1, dan ragam berita menarik lainnya seputar Bandung Raya. Klik di sini (JOIN)


Tapi yang terjadi ternyata tak sesuai harapan dan timbul salah paham. Sebab ucapan Irawan Sarpingi ternyata salah dipahami oleh Wali Kota Bandung kala itu, Ateng Wahyudi yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persib.

Karena nyatanya hanya fasilitas kemudahan mencicil taksi 4848 sebagai investasi usaha untuk skut Maung Bandung kala itu. Sementara Ateng kadung menyampaikan ucapan Irawan kepada pemain sebagai janji bonus mobil.

Irawan mengungkapkan terlalu 'gila' baginya membagikan secara cuma-cuma 30 mobil untuk Persib. Jika dihitung-hitung kala itu untuk membeli 30 unit mobil dibutuhan Rp1 miliar atau sekira Rp33-35 juta per unitnya, nilai yang cukup besar saat itu.

"Siapa sih orangnya yang akan memberikan uang sebesar Rp1 miliar untuk membeli 30 mobil itu?" kata Irawan Sarpingi dikutip dari dokumen majalah Tempo edisi 24 Maret 1990.

Di lain sisi pemain dan ofisial Persib keukeuh menganggapnya sebagai janji bonus pemberian mobil. "Mendingan saya kredit sendiri," ungkap Adjat.

"Ibu jari pun jangan diberi tahu. Kalau kalian juara, kalian akan diberi mobil," kata bintang Persib lainnya saat itu, Ade Mulyono menirukan ucapan Ateng Wahyudi kepada skuat Maung Bandung sebelum final.

Selain dorongan gengsi dan fanatisme kedaerahan, mengejar bonus menjadi faktor lain yang mendorong pesepakbola di era Perserikatan bertarung penuh motivasi.

Apalagi klub-klub Perserikatan hanya berstatus amatir dan tidak mampu memberikan gaji besar.

Tak heran jika banyak pemain klub Perserikatan kala itu memilih hengkang membela tim-tim Galatama yang bisa memberikan gaji lebih menjanjikan karena disokong perusahaan-perusahaan besar.**

Follow Berita Republik Bobotoh di Google News

Penulis: Taufik | Editor: M Taufik

Piksi

Berita Terkini